Harga Minyak Menguat Ditopang Membaiknya Prospek Permintaan
Harga minyak telah naik minggu ini di tengah harapan meningkatnya permintaan China.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak mentah memperpanjang kenaikannya pada akhir perdagangan Jumat (16/6/2023), membukukan kenaikan mingguan, karena permintaan China yang lebih tinggi. Pemotongan pasokan OPEC+ mengangkat harga meskipun ada perkiraan pelemahan dalam ekonomi global dan prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli bertambah 1,16 dolar AS atau 1,64 persen, menjadi menetap di 71,78 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus terangkat 0,94 dolar AS atau 1,24 persen, menjadi ditutup di 76,61 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Untuk minggu ini, Brent membukukan kenaikan mingguan sebesar 2,4 persen dan WTI naik 2,3 persen.
Minyak telah naik minggu ini di tengah harapan meningkatnya permintaan China. Throughput (tingkat pengolahan) kilang China naik pada Mei ke rekor total tertinggi kedua dan CEO Kuwait Petroleum Corp memperkirakan permintaan China akan terus meningkat selama paruh kedua.
Pedagang minyak terus menambah posisi beli untuk mengantisipasi permintaan minyak yang lebih tinggi yang timbul dari kebijakan dukungan China.
Minyak menguat karena prospek fundamental jangka pendek tampaknya telah berubah, dengan premi diesel Eropa melonjak dan karena China memberikan kuota impor minyak mentah besar-besaran, kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok jasa perdagangan daring multi-aset.
Impor minyak mentah China mungkin akan menjadi kuat setelah stimulus mengalir melalui ekonomi, menurut Moya.
Sementara itu, Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire, mengaitkan kenaikan harga minyak dengan pengurangan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya ditambah pemotongan tambahan oleh Arab Saudi pada Juli serta stimulus ekonomi China.
Menteri Energi Rusia Nikolai Shulginov mengatakan "realistis" untuk mencapai harga minyak sekitar 80 dolar AS per barel, kantor berita negara Rusia melaporkan. Shulginov juga mengatakan produksi kondensat minyak dan gas Rusia diperkirakan turun sekitar 20 juta ton (400.000 barel per hari) tahun ini, mengulangi ekspektasi Rusia.
Di Iran, ekspor minyak mentah dan produksi minyak telah mencapai level tertinggi baru pada tahun 2023 meskipun ada sanksi AS, menurut konsultan, data pengiriman dan sumber yang mengetahui masalah tersebut, menambah pasokan global ketika produsen lain membatasi produksi.
Amerika Serikat memiliki 552 rig pengeboran minyak aktif minggu ini, empat rig lebih sedikit dari minggu sebelumnya, sementara Kanada menambahkan 18 rig pengeboran minyak aktif mencapai 103 minggu ini, menurut data yang dikeluarkan oleh perusahaan jasa minyak Baker Hughes pada Jumat (16/6/2023).