Ingatkan Kaesang, Pengamat: Depok 'Kandang' PKS, Masih Keras, Beda dengan Solo
Ari juga mengingatkan, saat Pilwakot Depok, Jokowi sudah tak menjabat Presiden.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo mengingatkan wilayah Depok berbeda dengan Solo bagi Kaesang Pangarep. Menurutnya, perbedaan mencolok dari kedua wilayah ini untuk putra bungsu Presiden Jokowi ini, yakni Solo basis PDIP sedangkan Depok basis PKS.
Bahkan menurut Ari, Solo dulu sudah menjadi pemilih Jokowi saat mengantarkan pengusaha meubel itu jadi wali kota. "Depok medan pertempuran berbeda, kandang PKS, menaklukkan medan Depok dan Solo beda, Solo istilahnya sudah gembur dan Depok masih keras," ujar Ari dikutip dalam keterangannya, Ahad (18/6/2023).
Ari menambahkan, popularitas saja tidak cukup untuk modal Kaesang menaklukan Depok. Menurutnya, Kaesang harus memahami betul Depok dan basis massanya. Salah satunya, sebuah perubahan yang diharapkan warga Depok selama 20 tahun terakhir dikuasai kepemimpinan PKS.
"Karena sudah terlalu lama seperti melawan status quo melawan angin perubahan. Modal Kaesang adalah harapan warga yang haus perubahan, memang tidak mudah," ujarnya.
Presiden Jokowi sudah tak berkuasa....
Ari menegaskan, modal popularitas Kaesang harus diikuti dengan kapasitas dan kemampuan adik Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka ini meyakinkan pemilih Depok. Ari menilai, usia muda juga bukan suatu keraguan untuk menaklukan medan Kota Depok.
"Jadi harus serius Mas Kaesang. Meski dia anak presiden, meski dia punya popularitas tanpa kerja-kerja politik konkrit, tanpa kapasitas, rakyat tidak menghendaki, karena itu dibuktikan menuju persiapan untuk Pilkada," ujarnya.
"Kalau serius banyak PR di Depok. Kalau Mas Gibran itu lebih mudah di Solo karena meneruskan, di Depok berbeda, apalagi Pak Jokowi juga sudah tidak berkuasa nanti saat maju Pilwakot Depok," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Ari juga menilai tertariknya Kaesang di dunia sebagai hal-hal yang lumrah ketika ayah, kakak dan kakak iparnya. Karena itu, dia tidak sependapat jika hal ini bagian politik dinasti.
"Saya tidak mau buru-buru sebut ini sebagai politik dinasti, karena tidak ada pemaksaan disini. Mungkin karena liat kakaknya jadi tertarik terjun ke politik," ujarnya.