Negara Eropa yang Paling 'Pelit' Memberikan Suaka ke Para Pengungsi
Di seluruh Uni Eropa sekitar 94 persen warga Suriah menerima suaka.
REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Organisasi non-pemerintah, Komisi Spanyol untuk Pengungsi (CEAR) mengatakan pengajuan status pengungsi dan perlindungan internasional tahun lalu ke Spanyol tembus rekor. Namun sejauh ini Spanyol negara yang paling banyak menolak klaim tersebut dibanding negara-negara Eropa lainnya.
CEAR merilis laporan tahunan yang menganalisa respon Spanyol pada naiknya permintaan suaka di tahun 2022 karena jutaan orang terpaksa mengungsi akibat perang Rusia di Ukraina, berbagai konflik di Afrika dan krisis politik di Amerika Latin. Tahun lalu Spanyol menerima 118.842 permintaan suaka, tertinggi yang pernah diterima negara itu dan tertinggi ketiga di Uni Eropa.
Namun hanya 16,5 persen pemohon kasusnya yang diputuskan menerima perlindungan. Jauh lebih rendah dibanding rata-rata Uni Eropa sekitar 38,5 persen. Terpisah sebanyak 161.037 orang Ukraina menerima perlindungan sementara di bawah program Uni Eropa.
"Sekali lagi kami meminta hukum untuk menghormati tawaran perlindungan," kata koordinator hukum CEAR Elena Munoz, Senin (19/6/2023).
Kelompok itu mengkritik lemahnya jalur hukum menuju suaka, panjangnya birokrasi dan sistem penunjukkan suaka Spanyol yang dibajak jaringan penjahat yang memeras pencari suaka yang rentan. Laporan CEAR mengecam kematian "setidaknya" 37 imigran yang terkurung di daerah perbatasan yang memisahkan Melilia, wilayah Spanyol di Afrika dengan Maroko, musim panas lalu.
"(Peristiwa itu) adegan paling keras dan keji yang pernah disaksikan di perbatasan Eropa selama bertahun-tahun," kata CEAR.
Tragedi yang melibatkan pasukan keamanan Maroko dan Spayol itu kini menjadi subjek gugatan hukum yang diajukan sejumlah kelompok advokasi imigran setelah jaksa Spanyol menghentikan penyelidikan tahun lalu. Spanyo menerima 20 persen ketibaan tidak biasa ke Eropa tahun lalu, sebagian besar dengan perahu.
Namun angka penerimaan suaka, status pengungsi dan bentuk perlindungan yang diberikan pada pengungsi berbeda-beda tergantung kewarganegaraannya. Spanyol memiliki kedekatan budaya dan sejarah dengan Amerika Latin.
Sehingga banyak pengungsi yang melarikan...
Sehingga banyak pengungsi yang melarikan dari kekerasan, persekusi politik dan kelaparan di Venezuela, Kolombia, Peru dan Nikaragua memilih Spanyol sebagai tempat baru. Tahun lalu Spanyol menolak puluhan ribu pencari suaka dari negara-negara itu.
Dalam laporannya CEAR mencatat pada 2022 lalu Spanyol menolak 95 persen pencari suakara Kolombia dan 96 persen pencari suaka Peru dari segala bentuk perlindungan internasional. Lebih dari 36 ribu orang Kolombia meminta perlindungan, sebanyak 16.187 kasus sudah mendapatkan keputusan akhir.
Dari angka itu pada tahun 2022 lalu Spanyol hanya memberikan 646 orang Kolombia status pengungsi. Sementara beberapa lusin lainnya menerima bentuk perlindungan yang lebih rendah. Hanya empat dari 31.234 orang Venezuela yang mencari suaka yang menerima perlindungan internasional.
"Semua pencari suaka ini manusia," kata pengacara pembeli hak asasi manusia Kolombia, Jose Miguel Lobo di Madrid.
Lobo melarikan diri dari negara setelah menerima ancaman pembunuhan karena pekerjaannya pada proses perdamaian di Kolombia. "Saya masih hidup, dan saya bersyukur untuk itu, tapi apa yang mereka lakukan pada saya, mereka juga dapat melakukannya pada orang lain," kata Lobo.
CEAR mencatat di seluruh Uni Eropa sekitar 94 persen warga Suriah, 84 persen orang Eritrea, dan 70 persen warga Mali menerima suaka meski pengungsi dari negara-negara itu kemungkinan besar menghadapi perjalanan mengerikan melintasi Afrika utara ke Spanyol dengan perahu. Jumlah pencari suakanya juga lebih rendah.
CEAR meminta menggunakan presidensi Spanyol di Dewan Eropa yang dimulai bulan Juli untuk mempromosikan Regulasi Dublin, yang membuat negara pertama penerima pengungsi di Eropa yang memproses klaim pencarian suaka.