Rakyat Korea Utara Menggelar Demonstrasi Besar-Besaran di Pyongyang, Ada Apa?

Sekitar 120.000 pekerja dan pelajar ikut serta dalam demonstrasi tersebut.

EPA-EFE/KCNA
Sebuah foto yang dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) resmi Senin (20/3/2023) menunjukkan Presiden Korea Utara Kim Jong Un selama latihan taktis untuk meningkatkan pencegahan perang negara dan kemampuan serangan balik nuklir di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara 18-19 Maret 2023 .
Rep: Amri Amrullah Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara mengadakan demonstrasi besar-besaran di Pyongyang di mana orang-orang meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan 'perang balas dendam' untuk menghancurkan Amerika Serikat (AS). Aksi ini dalam rangka menandai ulang tahun ke-73 tahun meletusnya Perang Korea, demikian laporan media pemerintah pada Senin (26/6/2023).

Baca Juga


Sekitar 120.000 pekerja dan pelajar ikut serta dalam demonstrasi yang diadakan di seluruh ibu kota pada Ahad (25/6/2023), melalui kantor berita pemerintah KCNA melaporkan.

Foto-foto yang dirilis oleh media pemerintah menunjukkan stadion utama Pyongyang, yang penuh sesak. Dimana orang-orang yang hadir memegang plakat bertuliskan 'Seluruh daratan AS berada dalam jarak tembak kami' dan 'Imperialis AS adalah perusak perdamaian'.

Peringatan hari ke-73 ini terjadi di tengah kekhawatiran bahwa Pyongyang akan segera melakukan peluncuran satelit mata-mata militer pertamanya. Langkah ini dalam upaya untuk meningkatkan pemantauan kegiatan militer AS, setelah upaya peluncuran pertama berakhir dengan kegagalan pada 31 Mei 2023 lalu.

Korea Utara sekarang memiliki senjata terkuat untuk menghukum imperialis AS. "Dan para penuntut balas di negeri ini berhasrat kuat dengan keinginan yang tak tergoyahkan untuk membalas dendam kepada musuh," kata KCNA.

Korea Utara yang bersenjata nuklir telah menguji coba berbagai senjata termasuk rudal balistik antarbenua terbesarnya. Langkah ini meningkatkan ketegangan dengan Korea Selatan dan sekutu utama Korea Selatan, Amerika Serikat.

Dalam sebuah laporan kementerian luar negeri yang terpisah, Korea Utara mengatakan bahwa AS \"melakukan usaha-usaha putus asa untuk menyulut perang nuklir.\" Dan Korea Utara menuduh Washington mengirimkan aset-aset strategis ke wilayah tersebut.

Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang karena konflik 1950-53 mereka berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler