Ini Rentang Usia Terbaik Bagi Perempuan untuk Hamil
Melahirkan di periode usia tertentu dapat mencegah risiko komplikasi berbahaya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan asal Hungaria mengungkap rentang usia yang dianggap paling aman bagi seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan. Jangka waktu itu berlangsung selama sembilan tahun, yakni antara usia 23 tahun hingga 32 tahun.
Melahirkan dalam periode usia tersebut disinyalir mencegah sejumlah risiko komplikasi berbahaya yang mungkin terjadi, baik untuk ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satunya, mengurangi kemungkinan anak lahir dengan kondisi cacat.
Masalah jantung disebut sebagai risiko paling umum pada perempuan yang lahir di luar rentang usia tersebut. Risiko lain yaitu masalah saraf untuk ibu yang berusia di bawah 20 tahun dan langit-langit sumbing bagi anak yang lahir dari ibu berusia akhir 30-an dan 40-an.
Bukan berarti seorang perempuan tak boleh melahirkan di luar rentang 23-32 tahun. Para peneliti mengatakan temuan mereka diharapkan dapat membantu memastikan para perempuan yang memiliki anak di usia yang lebih muda atau lebih tua dirawat dengan tepat.
"Penelitian kami dapat memainkan peran penting dalam membangun protokol skrining dan perawatan kehamilan yang modern dan aman," kata salah satu peneliti, profesor Boglarka Petho, dikutip dari laman The Sun, Jumat (30/6/2023).
Ilmuwan dari Universitas Semmelweis, Hungaria itu mengatakan bahwa gangguan kelahiran non-genetik sering kali dapat berkembang akibat paparan efek lingkungan secara jangka panjang. Itu sebabnya perlu respons dan penanganan yang tepat sejak perempuan ada di usia subur.
Usia rata-rata perempuan memilih untuk memiliki anak telah bergeser ke usia yang lebih dewasa selama bertahun-tahun. Dengan kebutuhan untuk menyeimbangkan karier dan keuangan, membuat banyak perempuan memilih punya anak di usia yang lebih matang
Data dari Kantor Statistik Nasional Inggris menunjukkan bahwa pada 2021, usia rata-rata ibu melahirkan di Inggris dan Wales adalah 31 tahun. Itu merupakan usia rata-rata tertinggi yang pernah tercatat. Sebagai perbandingan, usia rata-rata pada 1973 adalah 26 tahun.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan memiliki anak pada usia 35 tahun atau lebih dapat meningkatkan berbagai risiko kesehatan pada ibu, termasuk keguguran, tekanan darah tinggi, dan diabetes gestasional. Anak-anak juga berisiko lebih besar mengalami cacat lahir, kelahiran prematur, dan masalah kromosom seperti Down syndrome.
Pada studi terbaru yang digagas tim peneliti Hungaria, para periset menganalisis 31.128 kehamilan dengan komplikasi gangguan perkembangan non-kromosom. Temuan telah diterbitkan dalam BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology.
Studi meninjau kondisi cacat lahir non-genetik yang dapat terjadi ketika ibu berada pada berbagai usia berbeda. Tim membandingkan data dengan lebih dari 2,8 juta kelahiran selama rentang 30 tahun.
Secara umum, risiko masalah non-kromosom 20 persen lebih tinggi untuk perempuan yang melahirkan di bawah usia 22 tahun dan 15 persen lebih tinggi di atas 32 tahun.
Risiko masalah dengan sistem saraf pusat, yang memengaruhi perkembangan otak dan tulang belakang, 25 persen lebih tinggi pada kelahiran di bawah usia 22 tahun. Gangguan yang memengaruhi kepala, leher, telinga, dan mata dua kali lebih mungkin terjadi pada ibu yang lebih tua, menurut penelitian tersebut.
Petho menyampaikan tim hanya dapat berasumsi mengapa anomali kelahiran non-kromosom lebih mungkin berkembang pada kelompok usia tertentu. Untuk ibu muda, bisa jadi itu karena faktor gaya hidup, seperti merokok, konsumsi obat-obatan atau alkohol.
"Sering kali, mereka juga tidak siap untuk hamil. Di antara ibu lanjut usia, efek lingkungan seperti paparan bahan kimia dan polusi udara, kerusakan mekanisme perbaikan DNA dan penuaan sel telur dan endometrium juga dapat berperan," tuturnya. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.