Potensi Belanja Pemerintah dan BUMN untuk UMKM Bisa Capai Rp 2.000 Triliun

UMKM menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga ekonomi selama pandemi.

Dok Republika
Menteri Koperasi dan UKM RI, Teten Masduki.
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan potensi belanja terhadap UMKM yang sangat besar. Hal ini seiring dengan keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta 40 persen belanja pemerintah harus diarahkan untuk UMKM. 

Baca Juga


"Hari ini sudah ditetapkan 40 persen belanja pemerintah harus membeli produk UMKM," ujar Teten dalam acara Inabuyer B2B2G Expo 2023 di Gedung Smesco Jakarta, Rabu (5/7/2023).

Teten mencatat nilai belanja pemerintah, BUMN, dan juga swasta seharusnya dapat menyentuh hingga sekitar Rp 2.000 triliun. Teten memerinci potensi belanja BUMN untuk UMKM sekitar Rp 500 triliun, potensi belanja IKN untuk UMKM sekitar Rp 400 triliun, pemerintah untuk UMKM sekitar Rp 500 triliun, dan swasta untuk UMKM sekitar Rp 400 triliun.

"Jadi ini ada potensi sebenarnya kalau diefektifkan bisa sampai 2.000 triliun bisa membeli produk UMKM," ucap Teten.

Teten menyampaikan UMKM menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga perekonomian Indonesia selama pandemi covid-19. Di saat ekonomi dunia melesu, perekonomian Indonesia tetap mampu tumbuh sebesar lima persen. Teten menyampaikan kondisi ekonomi global saat ini pun belum bisa dikatakan baik. Sejumlah lembaga dunia sudah mengkoreksi pertumbuhan ekonomi tahun depan di bawah tiga persen.

"Penguatan ekonomi dalam negeri terutama belanja pemerintah, belanja BUMN, belanja usaha besar, termasuk konsumsi masyarakat yang besarnya 53 persen, ini kalau semua membeli produk dalam negeri, UMKM, ekonomi kita masih bisa bertahan di atas lima persen," kata Teten.

Kementerian Koperasi dan UKM juga terus mendorong UMKM naik kelas, bahkan dapat melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teten mendapatkan bocoran salah satu UMKM yang bergerak di sektor kuliner akan segera IPO pada pekan depan. 

"Memang masih lambat, dari 2020 baru 33 UMKM yang masuk di bursa, kita ada kerja sama juga dengan Bursa Efek Indonesia untuk mengkurasi, menginkubasi mereka supaya semakin banyak UMKM yang mencari pembiayaan, modal kerja, modal investasi di pasar modal," kata Teten.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler