Korsel: Satelit Mata-mata Korut yang Jatuh Ternyata tak Berguna
Korsel menemukan satelit itu tak memiliki kegunaan militer sebagai satelit mata-mata
REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Selatan (Korsel) mengatakan telah mengangkut puing-puing satelit mata-mata Korea Utara (Korut) yang jatuh ke laut pada bulan Mei lalu. Korsel menemukan satelit itu tidak memiliki kegunaan militer sebagai satelit mata-mata.
Bulan lalu militer Korsel juga menemukan bagian roket yang digunakan dalam peluncuran gagal itu. Seoul menemukan peluncuran dan muatan yang jatuh ke laut tidak lama setelah lepas landas.
"Setelah analisa mendalam sebagian besar kendaraan luncur ruang angkasa dan satelit Korea Utara yang telah diangkut, pakar Korea Selatan dan Amerika Serikat menyimpulkan satelit itu sama sekali tidak memiliki kegunaan militer sebagai satelit pengintaian," kata militer Korsel dalam pernyatannya Rabu (5/7/2023).
Militer Korsel mengatakan mereka telah mengakhiri operasi pengangkutan yang segera dimulai sejak puing-puing satelit mata-mata itu muncul ke permukaan air di perairan Korsel pada 31 Mei. Pesawat, angkatan laut dan penyelam terlibat dalam operasi tersebut.
Pakar militer Korsel mengatakan ini pertama kalinya Korsel mengamankan satelit yang diluncurkan Korut. Pakar militer dari lembaga think tank South Korea's Science and Technology Policy Institute Lee Choon-geun mengatakan analisa awal mengindikasi kapabilitas pengintaian mata-mata itu buruk terutama rendahnya resolusi kamera dan dalam misi pelacakan target.
"Resolusi perangkat optik yang dipasang di satelit tidak cocok untuk penggunaan militer," kata peneliti dari Asan Institute for Policy Studies, Yang Uk.
Militer Korsel melacak peluncuran satelit itu dan mengidentifikasi ukuran, puing-puing potongan berbentuk silinder di air beberapa jam setelah peluncuran. Tapi objek tenggelam ke dasar laut. Baru ditemukan dua pekan kemudian.
Bulan lalu Korut mengaku kegagalan peluncuran tersebut tapi berjanji akan segera berhasil menempatkan satelitnya ke orbit. Korut yang memiliki senjata nuklir sudah menggelar program peluncuran satelit sejak 1990-an dan mengatakan akan meluncurkan satelit mata-mata pertama untuk mengawasi aktivitas militer Amerika Serikat.
Pada 2012 dan 2016 Korut meluncurkan objek yang masih berada di orbit. Pyongyang mengatakan benda itu satelit observasi tapi tidak ada konfirmasi apakah satelit itu berfungsi atau mengirimkan sinyal.
Korsel, Jepang dan Barat mengecam peluncuran satelit mata-mata pada 31 Mei itu. Sebab melanggar hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang Korut menggunakan teknologi rudal balistik.
Pyongyang menolak kritik tersebut sebagai intervensi kedaulatannya untuk membela diri dan eksplorasi antariksa. Dalam pidato pada Januari 2021 lalu pemimpin Korut Kim Jong Un berjanji mengembangkan satelit mata-mata militer.