Dimasak Satu Jam, Apa Betul Daging Sapi Antraks Aman untuk Dimakan?

Mengonsumsi daging sapi antraks bisa picu antraks gastrointestinal.

Pixabay
Daging sapi (ilustrasi). Merebus daging selama lebih dari 60 menit mampu melindungi orang yang mengonsumsinya dari infeksi antraks gastrointestinal.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah daging sapi yang terinfeksi antraks aman untuk dikonsumsi? National Institute of Health (NIH) Amerika Serikat pernah melakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Lewat penelitian kasus antraks di Uganda pada 2018, NIH menyimpulkan ada cara untuk membuat daging sapi antraks lebih aman dimakan. Dalam penelitian yang diterbitkan pada Desember 2020 lalu itu, NIH menyatakan bahwa merebus daging selama satu jam bisa menjadi salah satu bentuk proteksi terhadap antraks yang menyerang saluran cerna.

Baca Juga



"Mengonsumsi daging yang kurang matang secara signifikan akan terkait dengan antraks gastrointestinal, tetapi merebus daging selama lebih dari 60 menit akan bersifat protektif, tulis NIH dalam laman resminya terkait penelitian tersebut.

Dalam kasus di Uganda, merebus daging selama lebih dari 60 menit mampu melindungi orang yang mengonsumsinya dari infeksi. Kemungkinan, itu karena lamanya waktu tersebut dapat menyebabkan panas naik ke suhu yang cukup untuk menonaktifkan sebagian spora.

Namun, apakah memasak selama itu benar-benar berguna? Sesungguhnya, ini masih tidak jelas. Sebab, temuan dalam penelitian lain di Bangladesh, di mana tingkat antraks kulit tinggi, ada kasus antraks gastrointestinal terjadi pada orang yang telah memasak daging dengan durasi lebih lama.

"Risiko antraks gastrointestinal tetap tinggi bahkan ketika daging dimasak dengan baik (31 persen) atau direbus selama lebih dari 60 menit (22 persen)," tulis NIH lebih lanjut.

Menurut pedoman WHO, setiap hewan yang sakit, berperilaku aneh atau mati mendadak, tidak boleh digunakan untuk makanan atau untuk membuat produk apa pun karena mungkin telah meninggal karena penyakit menular. Mengikuti pedoman ini dapat melindungi produk hewani dan orang yang terlibat dalam penanganannya.

Antraks adalah infeksi bakteri zoonosis akut yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. Bakteri gram-positif ini dapat membentuk spora positif, yang diperkirakan dapat bertahan hidup selama puluhan tahun di dalam bangkai dan tempat pemakaman hewan yang terinfeksi.

Antraks ditularkan ke manusia melalui penanganan hewan atau memakan daging bangkai hewan yang terinfeksi, atau dengan menghirup spora. Kontak dengan produk hewan misalnya bulu, wol, kulit, tulang juga bisa menularkan antraks.

Infeksi antraks juga dapat terjadi pada orang yang mengonsumsi daging yang terinfeksi. Dalam kasus ini, antraks yang hanya menyerang kulit lebih banyak menyerang orang dewasa daripada anak-anak.

Kemungkinan, itu karena orang dewasa lebih sering terlibat dalam penanganan dan pemrosesan sapi yang mati. Berkaitan dengan penelitian ini, NIH membuat beberapa rekomendasi yang bisa dijadikan pedoman:

1. Melakukan vaksinasi ternak secara rutin.
2. Melanjutkan pendidikan dan mobilisasi informasi antraks.
3. Memberikan antimikroba kepada semua orang yang teridentifikasi dengan antraks dan profilaksis pascapajanan kepada masyarakat yang terinfeksi.
4. Menggunakan tes diagnostik cepat di tingkat kota untuk segera menyediakan bukti terhadap dugaan antraks pada bangkai hewan.
5. Mengubur bangkai hewan dDengan aman di bawah pengawasan. Untuk penguburan, bangkai harus didesinfeksi di lokasi kematian dengan larutan formalin 12,5 persen dan dikubur dalam lubang sedalam lebih dari 1,8 meter dengan dasar lubang lebih dari 0,9 meter di atas permukaan air.
6. Peningkatan kapasitas dan kesadaran petugas kesehatan untuk mendapatkan sampel dari pasien sebelum memulai pemberian obat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler