Tak Dimusuhi, Begini Cara Jepang Gunakan Teknologi AI di Sekolah

Pemerintah Jepang meluncurkan pedoman penggunaan AI generatif di sekolah.

Unsplash
Pemerintah Jepang menekankan pentingnya siswa mendapatkan pemahaman yang kuat tentang AI dan penggunaannya../ilustrasi
Rep: Shelbi Asrianti Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Jepang telah meluncurkan pedoman penggunaan kecerdasan buatan (AI) generatif di sekolah. Regulasi mencakup pemakaian AI di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Pedoman diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi Jepang. Regulator menyerukan kehati-hatian khusus terkait penggunaan AI generatif seperti ChatGPT oleh siswa, termasuk pemakaian untuk mengerjakan tugas sekolah.

Baca Juga


Dikutip dari laman Japan Today, Kamis (6/7/2023), pemerintah Jepang menekankan pentingnya siswa mendapatkan pemahaman yang kuat tentang AI dan penggunaannya. Pedoman tersebut juga mempertimbangkan kekhawatiran dampak negatif teknologi.

Misalnya, imbas terhadap pemikiran kritis siswa dan keterampilan lainnya. Akan tetapi, pedoman disebut bersifat sementara dan pada awalnya hanya akan mengizinkan penggunaan terbatas. Pada musim gugur, ada sejumlah SMP dan SMA yang diuji coba menggunakan AI.

Kementerian lantas akan merevisi pedoman tersebut berdasarkan hasil uji coba. AI diharapkan bisa meningkatkan hasil pendidikan, tetapi pemanfaatan teknologi itu pun dicemaskan berisiko kebocoran data pribadi dan pelanggaran hak cipta serta.

Kekhawatiran lain yakni menghambat motivasi siswa untuk belajar. Menurut pedoman tersebut, tenaga pengajar disebut perlu mendidik anak-anak tentang masalah etika yang terkait dengan pemakaian AI sehari-hari, mengingat AI dapat digunakan di mana saja.

Dalam pedoman, terdapat contoh-contoh penggunaan AI yang tidak tepat, seperti siswa yang bersikap curang menyerahkan tugas yang dihasilkan AI atau menggunakan teknologi tersebut selama ujian. Siswa juga diimbau tidak sembarangan memasukkan informasi pribadi ke dalam alat AI dan mematuhi aturan hak cipta.

Siswa dan guru diminta melihat keterbatasan teknologi dengan menilai kesalahan informasi yang berpotensi dihasilkan. Di sisi lain, AI bisa digunakan untuk mendapatkan sudut pandang tambahan dalam proses diskusi dan belajar di kelas antara murid dan siswa.

Pada dasarnya, pedoman meminta penggunaan yang sangat berhati-hati oleh siswa yang masih duduk di sekolah dasar. Beberapa partai yang berkuasa di Jepang beserta pemerintah selama ini juga sangat berhati-hati terkait akses AI oleh kalangan muda.

Meskipun pedoman tidak secara khusus menyebutkannya, pejabat kementerian pendidikan telah menyarankan penggunaan ChatGPT untuk murid yang berusia 13 tahun ke atas. Siswa di bawah usia itu dianjurkan dapat menggunakan AI sampai tingkat tertentu di bawah bimbingan guru.

ChatGPT yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi AS OpenAI beserta program AI generatif lainnya dilatih menggunakan sejumlah besar data dari internet. AI itu dapat memproses dan mensimulasikan percakapan mirip manusia dengan pengguna, atau membuat gambar berdasarkan instruksi pengguna.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler