Naskah Khutbah Jumat: Meniti Tangga Kebahagiaan
Keimanan kepada Allah SWT tidak cukup hanya sampai di hati dan lisan saja.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Diyan Faturahman, Anggota ASLAMA PTMA
الْحَمْدُ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ . أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَلَّغَ الرِّسالةَ، وَأَدَّى الْأَمَانَةَ، وَنَصَحَ الأمَّةَ، وَجاهَدَ فِى اللهِ حَقَّ جِهادِهِ حَتَّى أَتَاهُ اليَقِينُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُم بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Setiap orang ingin agar hidupnya bahagia. Namun, tidak setiap orang mampu meraih kebahagiaan tersebut, sebagian mereka atau bahkan kita berbeda dalam mencari jalan kebahagiaan. Berdasarkan segi usia, kebahagiaan anak kecil, remaja, dewasa hingga orangtua pasti berbeda.
Berdasarkan gender, kebahagiaan laki-laki dan perempuan, pasti ada yang berbeda. Berdasarkan geografis, kebahagiaan orang kampung dengan kota berbeda, yang tinggal di dekat gunung dan dekat pantai itu berbeda. Berdasarkan status sosial, kebahagiaan warga sipil, pejabat, petani, nelayan, buruh, dan apapun itu masing-masing punya standar sendiri.
Meski demikian, jika ditarik benang merahnya, setiap mereka dan bahkan kita, pasti sepakat bahwa timbulnya kebahagiaan antara lain manakala kita telah bebas dari belenggu masalah lalu telah menemukan jalan keluar dari problematika kehidupan yang dialami, atau ketika kita mendapat hadiah dan kemenangan.
Sebagai seorang muslim dan kita beriman kepada Allah SwT, beriman kepada takdir ketentuan Tuhan, kita diajarkan cara menemukan jalan keluar dari aneka macam kegelisahan lahir maupun batin. Kegelisahan menyebabkan diri kehilangan kebahagiaan. Sebagaimana tersebut dalam QS. Al Baqarah: 153,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
Beriman saja tidak cukup, keimanan kepada Allah SwT tidak cukup hanya sampai di hati dan lisan saja, ia mestilah dibuktikan dengan amal shalih atau ibadah. Dua hal ini saling isi mengisi, terkait berkelindan satu sama lain. Semakin kuat iman, maka semakin kuat ibadah atau amalnya, pun jika semakin kuat ibadahnya, maka semakin kokoh imannya.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Dalam ayat yang lain, kita temukan beberapa upaya untuk meraih kebahagiaan yang hakiki, bukan kebahagiaan semu. Sejenak, coba kita renungkan QS. Al Mu’minun: 1-9. Surah tersebut diawali dengan kata “qad” yang dihadapkan pada “fi’il madhi” aflaha.
Dalam kaidah bahasa Arab, hal tersebut menunjukkan suatu penekanan atau kesungguhan dan kepastian. Sehingga di sana kita dapati bahwa sesungguhnya para pemilik kebahagiaan itu adalah sebagaimana diuraikan dalam ayat-ayat berikutnya:
1) Mereka yang beriman kepada Allah SwT.
2) Mereka yang mampu meraih kekhusyukan saat mendirikan sholat.
3) Mereka yang mampu membentengi pribadi dengan menjauhi diri dari perbuatan maupun perkataan yang tidak berguna.
4) Mereka yang mampu membersihkan jiwanya, seperti mengeluarkan zakat.
5) Mampu memelihara kemaluan dan menjaga kehormatan/ harga dirinya, sehingga terbangun kehidupan keluarga yang harmonis.
6) Mereka yang mampu menjaga amanat pada tugas dan menepati janjinya.
7) Menghias diri dengan akhlak Nabi, dilatih dan diupayakan antara lain melalui perbaikan kualitas ibadah salatnya.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Bahagia juga saat kita memperoleh suatu kemenangan. Menariknya, sesungguhnya setiap hari dan setiap saat kita selalu mendengar ajakan menuju kebahagiaan itu, sebagaimana tersebut dalam kalimat adzan, “hayya ‘alal falah” – mari bersegera dan bergegas meraih kebahagiaan atau kemenangan.
Maka, keputusan untuk berusaha meraih bahagia itu sejatinya kembali kepada para pencari kebahagiaan itu sendiri, tergantung diri kita masing-masing. Mau atau tidak, Tuhan tidak memaksa.
Namun fitrah yang tertanam dalam jiwa setiap insan, pasti merasakan getaran untuk memenuhi panggilan tadi. Inilah fitrah yang mesti kita rawat, kita jaga dan kita pupuk agar jangan sampai layu, jangan sampai mati. Sehingga manakala datang kumandang adzan, yang di dalamnya terdapat ajakan untuk meraih bahagia dan kemenangan, tidak lantas kita abaikan, justru kita bersegera menyambutnya.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Ada segolongan saudara kita, karena kesehariannya disibukkan dengan tuntutan pekerjaan. Setiap pekan sejak jam tujuh pagi hingga jam empat sore, bahkan ditambah lembur hingga dini hari, ada di antara mereka yang kurang tepat dalam memilih jalan kebahagiaan.
Upah yang diperoleh dari hasil keringatnya tadi, lalu sebagian dihabiskan untuk membeli apa yang dianggapnya “kebahagiaan”. Ia datangi tempat hiburan yang di dalamnya terdapat aneka macam minuman keras, berbagai macam pemuas hawa nafsu, baik judi, narkotika, maupun perzinahan. Lalu, setelah ‘merasa puas’, lantas ia pulang, kembali ke rumah, dan esoknya bekerja kembali. Begitu siklus hidupnya, na’udzu billah.
Itulah apa yang kita sebut sebagai kebahagiaan semu, dikiranya bahagia namun palsu, sejatinya justru membuat jiwa semakin sakit dan lesu.
Beruntunglah, kita tinggal di negeri atau daerah yang pemerintahnya, melarang atau minimal tidak melegalkan adanya tempat-tempat semacam ini. Semoga Allah SwT menjaga diri kita, keluarga kita, orang-orang yang kita sayangi, pemerintah kita serta masyarakat kita agar benar-benar terhindar dari segala macam tipu daya setan maupun hasutan hawa nafsu yang dapat menjerumuskan kita pada kebinasaan.
بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا ٱتَّقُوا ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ , يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ . يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ . اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ . اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إنَّك قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ اللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَاجْعَلْ فِي قُلُوبِهِمْ الْإِيمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ نَبِيِّك وَرَسُولِك . رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنيَا حَسَنَة وَفِي ٱلأخِرَةِ حَسَنَة وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ