Tentara Muslim Jadi Korban Diskriminasi dan Pengakuan Salah Inggris
Inggris mengakui kesalahannya diskriminasi terhadap tentara Muslim
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Pihak Tentara Inggris telah mengakui seorang tentara Muslimnya merupakan korban dari "bias anti-Islam". Hal ini disampaikan setelah muncul kasus diskriminasi agama, yang diajukan setelah sesama tentara menolak mengizinkan penggugat menjalankan Ramadhan dengan benar saat ditempatkan di Siprus.
Tentara Muslim atau penggugat yang dimaksud adalah Ebrima Bayo dari Huddersfield. Pria berusia 39 tahun ini mengatakan dia ditolak ketika meminta makanan panas yang diberikan kepada sesama prajurit ketika berbuka puasa.
Tidak hanya itu, dia juga dipaksa untuk menandatangani surat pernyataan yang memintanya menghabiskan waktu ekstra di gym saat puasa. Langkah ini diklaim perlu dilakukan untuk memastikan dia dalam kondisi yang baik (fit).
"Pemahaman saya adalah mereka mencoba mematahkan tekad saya. Seolah seperti saya mengatakan akan berpuasa, tetapi mereka akan mempersulit hidup saya dan pada akhirnya saya akan lemas dan berhenti (puasa)," kata Bayo dikutip di The Guardian, Kamis (6/7/2023).
Mantan prajurit itu juga menggambarkan dirinya diejek dan dilecehkan oleh rekan-rekannya, ketika dia keluar untuk sholat Jumat di bulan suci.
Ketika dia bersiap mengenakan pakaian untuk ke masjid, dia menemukan beberapa orang yang mengolok-olok dan mencoba membuatnya sebagai hal yang lucu.
Diskriminasi ini terjadi pada 2017, ketika Bayo ditempatkan di Siprus bersama Korps Logistik Kerajaan. Respon inilah yang akhirnya membuat ia meninggalkan ketentaraan, meskipun itu adalah pekerjaan yang dia cita-citakan sejak masih muda.
Kementerian Pertahanan sempat menolak keluhan Bayo. Mantan prajurit itu membutuhkan waktu lima setengah tahun untuk memenangkan permintaan maaf dan kompensasi.
Hasil akhir itu terjadi pada bulan Maret lalu, setelah keluar keputusan bahwa kasus Bayo dapat didengar di pengadilan ketenagakerjaan publik.
Baca juga: Ada 100 Juta Kerikil untuk Lempar Jumrah Jamaah Haji, Kemana Perginya Seusai Dipakai?
Tentara Inggris pun menyampaikan permintaan maaf atas tindakan bias anti-Islam, baik sadar maupun tidak sadar di dalam unit, serta untuk sikap yang tidak sensitif secara budaya dari rantai komando.
Mereka lantas menyebut Bayo adalah seorang prajurit yang luar biasa. Mantan prajurit ini pun telah menerima sejumlah kompensasi yang tidak diungkapkan.
Kilas balik saat kejadian, di hari pertama Ramadan akhir Mei 2017, Bayo menyebut satu-satunya makanan yang tersisa untuknya dan seorang rekan Muslim di kantin adalah "sandwich bacon dan sosis".
Hal ini tetap disajikan meskipun koki yang ada tahu bahwa Muslim tidak makan daging babi. Seorang koki akhirnya keluar dan meletakkan salad dan tuna kaleng di atas piring kertas untuk mereka.
Meskipun kantin tutup pada pukul 6 sore untuk pangkat junior, tentara yang pergi berpatroli dan datang terlambat tetap mendapatkan makanan yang dimasak oleh para koki. Namun, Bayo dan rekannya hanya diberi makanan beku dan pada satu kesempatan diskriminasi ini terlihat sangat jelas.
"Saya pergi berpatroli dengan semua orang. Kami kembali beberapa waktu setelah waktu makan. Setiap orang yang kembali diperhitungkan, mereka semua diberi makanan panas (hot meals), kecuali saya," kata Bayo.
Bayo juga ingat ia pernah dipilih untuk pemeriksaan identitas saat kembali dari shalat Jumat di luar pangkalan, di hotel Istana Ledra di Nicosia, sementara tentara lain tidak. Dia mengatakan pasukan Kristen bahkan diberi kendaraan untuk menghadiri gereja pada hari Ahad.
Dia pun menyebut dirinya percaya jika tentara Inggris secara institusional adalah rasis. Sebagian karena apa yang terjadi dan cara pengaduannya, yang awalnya ditangani, tetapi kemudian ditentang dalam waktu yang lama oleh Kementerian Pertahanan.
Pengacaranya dari Pusat Keadilan Militer, Emma Norton, yang bertindak dengan dukungan dari Komisi Kesetaraan dan Hak Asasi Manusia, mengatakan dia yakin Bayo tidak akan mengajukan klaim diskriminasi ini jika tentara mau terlibat secara konstruktif ketika dia pertama kali mengadu pada musim gugur 2017.
Baca juga: Jalan Hidayah Mualaf Yusuf tak Terduga, Menjatuhkan Buku Biografi Rasulullah SAW di Toko
"Sebaliknya, mereka menolak pengaduan itu sepenuhnya, menyebabkan dia harus mengajukan banding. Kemudian mereka mencoba selama bertahun-tahun melalui pengacara mereka agar kasus tersebut dikeluarkan dari pengadilan. Itu bukanlah tanda organisasi yang benar-benar ingin belajar dari kesalahannya," ujar Emma.
Bayo sendiri berasal dari Gambia, negara Persemakmuran tempat tentara Inggris secara tradisional direkrut. Dia bergabung 2004 dan bertugas penuh waktu selama enam tahun, setelah itu sebagai cadangan.
Dia bergabung kembali untuk melayani penuh waktu di Siprus, dengan harapan memulai kembali karir militer yang dia impikan seumur hidupnya.
"Kakek saya bertempur dalam perang dunia kedua di Burma dan saya tumbuh besar dengan melihat medalinya. Paman saya pernah menjadi tentara Gambia. Setiap tahun, resimen Inggris, Royal Gibraltars, datang ke Gambia dan kami akan melihat mereka. Mereka biasa memberi kami permen dan buku dan hal-hal seperti itu," ucap dia.
Sumber: theguardian