Hujan Lebat, Ribuan Hektare Lahan Tanaman Tembakau di Lombok Timur Rusak

Seluas 4.243 hektare lahan tanaman tembakau di Lombok Timur dilaporkan rusak.

Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Petani beraktivitas di lahan pertanian tembakau (Foto: ilustrasi)
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TIMUR -- Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), mencatat ribuan hektare tanaman tembakau petani di daerah setempat rusak atau layu, dampak hujan lebat yang terjadi di daerah setempat pada pekan lalu. "Luas lahan tanaman tembakau yang terdampak atau layu akibat hujan itu mencapai 4.243,23 hektare," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur Sahri, di Selong, Selasa (11/7/2023).

Baca Juga


Ia mengatakan, luas lahan tanaman tembakau di wilayah Lombok Timur pada musim tanam 2023 ini mencapai 18.760 hektare yang tersebar di beberapa kecamatan. Selain rusak karena dampak hujan, tanaman tembakau itu juga layu dampak drainase yang kurang baik. Dari ribuan hektare tanaman tembakau yang layu tersebut masih bisa diselamatkan dengan memperbaiki jaringan irigasi.

"Diselamatkan dengan salah satu cara yaitu memperbaiki drainase yang kurang baik," ujarnya.

Berdasarkan laporan sementara yang diterima, tanaman tembakau yang terdampak berada di lima kecamatan di Jerowaru, Keruak, Sakra Barat dan Sakra serta Sakra Timur. "Ada lima kecamatan yang terdampak saat ini dari laporan sementara," katanya.

Dengan kondisi tanaman tembakau yang mulai rusak itu, pihaknya telah meminta para PPL untuk turun langsung memantau kondisi tanaman tembakau petani. "Kami masih melakukan pendataan," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian (Distan) Lombok Timur Mirza Sophian mengatakan, perubahan cuaca yang tidak menentu pada musim kemarau ini bukan merupakan kejadian yang pertama kali menimpa petani tembakau, namun hal serupa juga terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Dengan pengalaman tersebut, semestinya petani sudah terbiasa dan bisa mengatasi hal tersebut.

"Jika hujan tidak turun lagi, tanaman yang rata-rata baru berusia dua bulan tersebut masih bisa diselamatkan. Kendati hal tersebut membutuhkan biaya tambahan," katanya.

Ia mengatakan, dengan kondisi cuaca yang tak menentu dalam beberapa tahun terakhir, berulang kali pihaknya melakukan sosialisasi tentang cara mengurangi dampak dari kondisi tersebut. Hal itu berupa pembuatan saluran drainase atau pembuangan air di ladang yang cukup baik.

Hal tersebut bisa dilihat, di mana beberapa tanaman tembakau yang terlihat masih bagus pasti memiliki drainase yang cukup dalam. "Tapi yang layu ini bisa kita lihat, semuanya hampir rata. Sehingga air tergenang cukup lama. Ini yang semestinya diperhatikan betul oleh petani kita," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler