Rajin Pakai Tabir Surya? Cek Dulu Titik Kritis Kehalalannya
Banyak tabir surya yang ramah vegan sehingga tidak mengandung zat hewani.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kosmetika dan perawatan kulit masuk golongan yang bisa diserap oleh kulit. Karena itu, perlu memakai bahan yang tidak mengandung unsur haram atau najis.
Salah satu produk perawatan yang menjadi kebutuhan sehari-hari adalah tabir surya (sunscreen). Tentunya bagi seorang muslim lebih baik memilih tabir surya yang sudah bersertifikat halal karena hanya menggunakan bahan ramah muslim. Selain itu, banyak juga tabir surya yang ramah vegan saat ini tidak mengandung zat hewani.
Kendati begitu, konsumen juga perlu mewaspadai sejumlah titik kritis kehalalan tabir surya. Salah satu titik kritis kehalalannya dilihat dari bahan pembuatan kosmetik. Biasanya produk perawatan anti matahari mengandung alkohol seperti etil alkohol atau ethanol, tetapi ini sering diperoleh secara alami dan tidak melalui proses yang sama seperti meminum alkohol.
Maka penting untuk memeriksa apakah ada alkohol atau zat hewani dalam daftar bahan tabir surya. Tabir surya halal juga harus bebas dari bahan haram apa pun termasuk dari hewan yang tidak disembelih sesuai dengan hukum Islam. Ini termasuk daging babi.
Kedua, soal tembus airnya (water resistant). Adapun pengujian tembus air juga menjadi salah satu hal wajib yang dilakukan saat proses sertifikasi halal. LPPOM MUI saat ini sudah memiliki laboratorium yang terakreditasi ISO 17025, termasuk di dalamnya uji tembus air.
Soal ketahanan air ini pernah dijelaskan Ustadz Shazia Ahmad, diperiksa dan disetujui oleh Syekh Faraz Rabbani, dikutip dari laman seekersguidance, Kamis (13/7/2023).
Menurut dia, ketika krim kosmetika termasuk tabir surya tidak menghalangi air mencapai kulit, maka status berwudhu seorang muslim tetap bisa sah. Penting untuk memeriksa lengan atau tangan dan melihat apakah tabir surya tahan air ini meninggalkan lapisan tebal pada kulit yang akan menahan air.
Cara lain untuk memeriksanya juga bisa dengan berwudhu sebelum mematikan tabir surya dan beberapa jam setelah perpanjangan waktu. Sebab sering mali efek tabir surya diminimalkan setelah dua jam, sehingga ketahanan airnya tidak terlalu bermasalah dibandingkan saat pertama kali diaplikasikan.
Ada alternatif yang mungkin tidak ada kerugian seperti yang digunakan secara luas di padang pasir di antaranya oleh suku Badui selama ratusan tahun adalah dengan menutupi tubuh mereka. Laki-laki akan membungkus kepala dan leher mereka dengan kain wol agar tidak terbakar sinar matahari. Orang-orang di Barat masih melakukan hal yang sama dengan topi bertepi lebar, sarung tangan matahari, dan syal peneduh. Terkadang cara yang lebih mudah adalah yang paling praktis.