Mulai Geser Merek Dunia, Kosmetik Indonesia Kian Diminati

Merek kosmetik lokal menarik pasar dengan adanya sertifikasi halal.

www.pxhere.com
Konsumen Indonesia mencari merek kosmetik lokal yang memenuhi kebutuhan spesifik mereka. (ilustrasi)
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pasar perawatan kecantikan Indonesia kini mengalami pergeseran preferensi konsumen yang semakin besar. Dulu pasar pasar perawatan kecantikan Indonesia didominasi oleh merek-merek Eropa dan Amerika, seperti L’Oreal dan Procter & Gamble.

Baca Juga


Dilansir dari The Halal Times, Jumat (14/7/2023), merek lokal, seperti Esqa dan Rose All Day Cosmetics (RADC), yang menawarkan produk bersertifikat halal menurut hukum Islam, mendapatkan daya tarik, terutama di kalangan konsumen muda.

Winny Triswandhani, konsumen setia konsumen Esqa, baru-baru ini beralih dari merek Maybelline New York milik L'Oreal. Dia menyanjung concealer Esqa karena kualitas, keterjangkauan, dan kesesuaiannya dengan iklim tropis Indonesia.

Pergeseran ini mencerminkan tren yang lebih luar dari konsumen Indonesia yang mencari merek lokal yang memenuhi kebutuhan spesifik mereka.

Esqa, yang dimiliki oleh Keva Cosmetics International, berspesialisasi dalam produk halal yang diformulasikan dengan bahan-bahan vegan. Selain penjualan daring, Esqa telah memperluas kehadirannya di berbagai gerai ritel, termasuk Sociolla, Sephora, dan Watsons.

Pendiri Esqa, Kezia Trihatmanto menyoroti tingginya permintaan untuk produk halal di Indonesia karena preferensi masyarakat terhadap opsi bersertifikat. Demikian pula, RADC, yang didirikan pada 2017, telah mengalami pertumbuhan popularitas yang luar biasa.

Dengan sertifikasi halal dan pendekatan vegan, RADC yang berbasis di Jakarta melipatgandakan pendapatannya pada 2022. Mereka berada di jalur yang tepat untuk melampaui penjualan tahun lalu sebanyak enam kali lipat.

Pendiri RADC, Tiffany Danielle, menekankan misi jenama tersebut untuk mendobrak industri kecantikan Indonesia dan pada akhirnya membangun kehadiran global.

Selain itu, merek Eropa dan Amerika masih memegang pangsa pasar terbesar di Indonesia, meski dominasi mereka sedikit menurun dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Euromonitor International, Unilever menguasai 22,5 persen pasar pada 2022, diikuti oleh P&G sebesar 7,6 persen, dan L’Oreal sebesar 5,4 persen.

Secara kolektif, pangsa mereka menurun dari 42,6 persen pada 2016 menjadi 35,5 persen pada 2022. Sebaliknya, Paragon Technology and Innovation, sebuah perusahaan kecantikan Indonesia, mengalami peningkatan pangsa pasar dari 1,9 persen menjadi 3,1 persen pada periode yang sama.

Implementasi persyaratan sertifikasi halal oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2014 untuk produk konsumen juga memengaruhi pasar. Pada 2026, sertifikasi halal akan diwajibkan untuk kosmetik, meskipun perusahaan masih dapat menjual produk non-halal jika diberi label yang sesuai.

Sementara beberapa perusahaan global menyatakan keprihatinan tentang biaya yang terkait dengan pendirian fasilitas produksi khusus, merek lokal telah mengambil kesempatan untuk memenuhi permintaan produk halal yang terus meningkat.

Seiring merek Indonesia terus berkembang di dalam negeri dan berekspansi ke pasar tetangga, persaingan antara pemain lokal dan raksasa global, seperti L’Oreal dan Unilever semakin ketat. Sementara merek-merek mapan mempertahankan daya tarik mereka di kalangan konsumen kaya, munculnya kosmetik bersertifikat halal yang berasal dari lokal menandakan perubahan penting dalam preferensi konsumen di ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler