Anggota Knesset Dikeluarkan dari Rapat Pleno karena Kutuk Serangan ke Jenin
Odeh dikeluarkan dari ruang rapat pleno setelah mengutuk serangan Israel di Jenin
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pemimpin partai Arab-Israel Hadash-Ta'al, Ayman Odeh dipaksa keluar dari pleno di parlemen Israel atau Knesset pekan lalu selama pemungutan suara terkait Undang-Undang Kontraterorisme. Odeh dikeluarkan dari ruang rapat pleno setelah mengutuk serangan Israel di kamp pengungsi Palestina di Kota Jenin.
"Orang-orang terbunuh di Jenin. Orang-orang terluka di Tel Aviv. Seorang prajurit terbunuh. Semua darah mereka adalah karena pekerjaan terkutuk Anda. Pekerjaan membutakan Anda. Kekuasaan membutakan Anda. Anda tidak hanya bertindak seperti penjajah, Anda bertindak seperti idiot," ujar Odeh, dilaporkan Middle East Monitor, Jumat (14/7/2023).
Odeh menyampaikan pidato kecaman tersebut beberapa hari setelah Israel menyelesaikan operasi militer terbesarnya dalam lebih dari 20 tahun di Jenin. Sedikitnya 12 warga Palestina tewas, termasuk empat anak. Sementara lebih dari 140 orang terluka dalam serangan itu.
Serangan itu juga meninggalkan jejak kehancuran besar-besaran di seluruh kota Tepi Barat. Puluhan rumah, kendaraan, toko, dan jalur utilitas hancur.
"Setiap aksi pasti ada reaksi. Ini aturan alam. Ada reaksi terhadap pendudukan, jadi akan ada perlawanan. Melawan pendudukan itu legal. Pendudukan itu ilegal. Hidup Jenin! Hidup rakyat Palestina! Hidup perlawanan mereka! Anda memalukan! Turunkan saya! Tapi Rakyat Palestina akan terus berjuang!," ujar Odeh dengan berapi-api.
Suasana di Knesset ricuh dan memanas. Almog Cohen dari partai sayap kanan Otzma Yehudit menanggapi kecaman Odeh dengan berteriak.
"Darah mereka yang terbunuh ada di tanganmu; pergi ke Gaza. Semakin banyak teroris yang kita bunuh, semakin baik," ujar Cohen.
Kericuhan terjadi di tengah pemungutan suara untuk mengesahkan Undang-Undang Kontraterorisme. Undang-undang ini menetapkan bahwa siapa pun yang menyatakan dukungan untuk teroris dapat menghadapi hukuman lima tahun penjara.
Anggota Knesset dari Partai Zionis Religius, Zvi Sukkot memperkenalkan rancangan undang-undang untuk menghentikan kewajiban uji probabilitas karena keseriusan mengungkapkan solidaritas atau simpati terhadap aksi teror atau pelakunya. Menyusul kecaman Odeh terhadap invasi Israel ke Jenin, Sukkot mengimbau Komite Etik Knesset, Polisi Israel, dan Jaksa Agung untuk membuka penyelidikan terhadap anggota Knesset yang menyatakan dukungannya kepada warga Jenin.