Membedah Buku Kesesatan Materialisme-Tasawuf Menjawab
Tasawuf menjadi energi ketenangan hidup.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah buku karya Irawan Santoso Shiddiq, SH berjudul ‘Kesesatan Materialisme –Tasawuf Menjawab’ baru saja diterbitkan Penerbit Mahkamah di Jakarta. Buku ini bisa dibilang sangat menarik dan mengambil sudut pandang yang brilian, yang sebelumnya belum pernah disusun oleh penulis di Indonesia.
Karena buku ini mengambil sudut pandang tasawuf untuk menyerang habis ajaran materialisme, yang menurut penulis buku itu, sebagai sumber dan akar dari kemunculah sekulerisme. Dalam buku tersebut, tergambar secara jelas bagaimana sanad lahirnya ajaran ‘materialisme’ yang kemudian berkembang menjadi sekulerisme, positivisme, kapitalisme, sampai liberalisme ateisme. Sang penulis menggambarkan bahwa system yang diterapkan diseluruh dunia kini adalah bersumber dari ajaran ‘materialisme.’
Jika kita membaca buku Tan Malaka, Madilog, yang merupakan singkatan dari ‘Materialisme, Dialektika, Logika, maka buku ‘Kesesatan Materialisme’ ini merupakan antitesa dari buku Madilog karya Tan Malaka tersebut. Buku Madilog tentu sangat digandrungi kelompok kiri, yang cenderung menjadikan bacaan wajib.
Sementara Irawan Santoso memaparkan dalam buku tersebut, tentang sudut pandang tasawuf yang justru sangat jauh berbeda dengan yang tergambar dalam kalangan awam tentang tasawuf itu sendiri. Dalam buku itu, tentu tasawuf tak digambarkan sebagai pola ibadah yang hanya berisikan uzlah, atau yang dianggap khurafat maupun dianggap bentuk-bentuk bid’ah seperti yang dituduhkan kelompok puritanisme Islam yakni wahabbi-salafy.
Penulis memaparkan tasawuf sebagai sebuah ajaran pemikiran yang bersumber dari Rasulullah Shallahuallaihiwassalam, yang diteruskan masa Sahabat hingga para muslimin di era Kesultanan yang membangun masa kejayaan Islam. Penulis buku sangat apik dan representartif memaparkan bahwa tasawuf justru merupakan jantung kejayaan Islam, ketika ajaran tersebut diadopsi oleh umat Islam. Justru, katanya, ketika tasawuf ditinggalkan oleh umat Islam, maka Islam berada dalam keruntuhan seperti saat ini.
Apa yang dituliskan penulis dalam buku tersebut, penuh dengan penyerangan-penyerangan terhadap sekulerisme yang merupakan inti dari peradaban modernisme kini. Hal ini sangat menarik karena justru gerakan moderasi Islam tengah digencarkan, yang arah dan tujuannya tidak jelas.
Sementara jika merujuk buku tersebut, maka sangat kentara perbedaan ajaran modernisme –tentu yang bersumber dari materialisme--, yang justru bertolak belakang dengan ajaran Islam sufi, yang mengajarkan bahwa manusia sebagai ‘hamba Tuhan.’ Sementara ajaran materialisme justru menitikberatkan bahwa manusia dianggap ‘sebagai Tuhan’ yang menentukan hukum, pola kekuasaan, sampai system perdagangan yang melahirkan kapitalisme yang kini menggerogoti umat manusia.
Dalam paparan buku tersebut, tasawuf dituliskan sebagai sebuah jalan pemikiran yang membuat manusia mampu membangun peradaban rahmatan lil alamin. Maka sangat kentara penulis buku begitu tragis menyerang cara berpikir Rene Descartes, Leibniz, sampai Karl Marx, yang merupakan dedengkot dari ajaran ‘materialisme’ yang dianggap sesat itu. Memang jujur diakui bahwa system yang kini berlaku, sangat terpengaruh dari ajaran-ajaran para filosof materialisme tersebut.
Dalam buku ini, Irawan Santoso menitikkan bahwa manusia harus kembali pada kepercayaan dan keyakinan ahlul Sunnah waljamaah, dan tidak bertumpu pada ajaran materialisme, yang digolongkannya sebagai aliran qadariyya. Karena dalam bab ‘aqidah’, maka dikenali ada beberapa bentuk aqidah seperti jabariyya dan qadariyya. Penulis buku menggambarkan bahwa materialisme merupakan ajaran neo qadariyya, yang muncul dari era mu’tazilah dan kemudian memasuki renaissance di Eropa. Dari renaissance itulah kemudian melahirkan modernisme yang didasari dari ajaran materislisme.
Bagi segenap cendikiawan, buku ini tentu sangat menarik karena memaparkan suatu hal baru dalam sudut pandang melawan sekulerisme-liberalisme, yang didasari dari materialisme. Di tengah bentuk keputusasaan manusia dalam menghadapi sekulerisme yang akut ini, buku ini layak dibaca dan menjadi alternative untuk memahami bagaimana jalan keluar dari kemelut sekulerisme tersebut.
Untuk saat ini memang buku ini sangat unik dan menarik karena sang penulis yang dengan referensi tinggi dipenuhi literasi-literasi dari barat juga, mampu menghadirkan antitesa dari ajaran sekulerisme, sehingga pembacanya tidak dibawa menjadi ‘mabuk agama.’ Tapi melainkan dibawah melanglangbuana pada literasi yang tinggi, karena sang penulis mampu menghadirkan sumber-sumber dari barat sendiri yang mengjhalau pemikiran materiaslime, seperti Goethe, Martin Heidegger, Nietszche dan Ian Dallas.
Ian Dallas inilah nama yang sering dijadikan rujukan bagi Irawan Santoso dalam penulisan buku ini, yang tak lain adalah Shaykh Abdalqadir as sufi, Mursyid tariqah Qadiriyya-Shaziliya-Dharqawiyya yang berasal dari Skoltandia, Eropa. Ternyata dari sanalah sang penulis mendapatkan pelajaran sehingga kemudian mampu menjadikan tasawuf sebagai jalan keluar dari menghadapi aliran sekulerisme yang saat ini menjadi momok bersama.
Dijamin membaca buku ini anda akan dibawa pada literasi dan penyajian gaya Bahasa yang enak dibaca, yang membuat kita tidak bosan dalam membaca buku yang bisa dikatakan mengangkat tema yang berat. Tapi sang penulis mampu menjadikannya menjadi ringan dan menyejukkan.
Menariknya lagi, sang penulis ternyata kini menjabat sebagai Mudir organisasi tarekat nasional, Jamiyyah Ahlith Thariqah al Mu’tabarah an Nahdliyyah (JATMAN) untuk wilayah Jakarta. Dalam beberapa kajiannya, beliau seringkali menghadirkan diskusi ilmiah bagaimana tasawuf melawan sekulerisme kapitalisme. Hal ini sangat menarik karena menjadikan tasawuf bukan sekedar kajian yang membosankan yang menuntut amalam-amalan berat seperti ribuan wirid, wazhifah dan lainnya, yang cenderung sulit dilakukan oleh masyarakat perkotaan. Tapi dari buku ini justru kita dipahamkan betapa pentingnya amalan-amalan tersebut untuk menghadapi serbuan kapitalisme yang menakutkan tersebut. Buku ini juga tersedia di took buku Gramedia.
Berikut spesifikasi buku Kesesatan Materialisme:
Ukuran : 14,4x21,5 cm
Jilid : Hard cover
Penerbit: Mahkamah
Penulis : Irawan Santoso Shiddiq, SH
Harga: Rp. 100.000,-
Pemesanan: 08119200431 (wa only).