Insiden Kebencian Anti-Muslim di Inggris Melonjak 100 Persen dalam Satu Dekade
Pelecehan daring terhadap Muslim mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada 2020.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah laporan menyebutkan insiden kebencian anti-Muslim yang terverifikasi di Inggris telah berlipat ganda dalam satu dekade.
Laporan oleh Tell Mama, yang merupakan salah satu topik paling komprehensif, menemukan ada 584 insiden kebencian anti-Muslim yang terverifikasi pada 2012 dan jumlah ini meningkat menjadi 1.212 pada 2021.
Tell Mama adalah sebuah kelompok pemantau yang berbasis di Inggris yang bekerja melawan sentimen dan pelecehan anti-Muslim. Pemantau tersebut menyebut tren ini menunjukkan peningkatan nyata jumlah insiden kebencian anti-Muslim yang terjadi serta bukan sebatas peningkatan pelaporan.
Laporan tersebut juga menunjukkan pelecehan secara daring mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada 2020. Adapun kondisi ini mereka yakini sebagian besarnya didorong oleh pandemi.
Di sisi lain, perselisihan terkait tetangga yang berubah menjadi anti-Muslim juga meningkat secara signifikan di tahun yang sama. Lebih dari seperempat dari semua insiden luring yang dilaporkan termasuk dalam kategori ini.
Dilansir di The National News, Kamis (20/7/2023), selama satu dekade terakhir Tell Mama telah memberikan dukungan untuk lebih dari 16 ribu kasus kefanatikan anti-Muslim yang dilaporkan, sekaligus melayani lebih dari 20 ribu orang.
Tell Mama mencatat, kebijakan karantina selama pandemi tampaknya memperburuk insiden terkait rumah tangga dan tetangga. Bahkan, hal ini memegang peran sebagai hambatan untuk kasus semacam itu.
Beberapa pemicu global kebencian pada Muslim...
Secara total, tahun 2020 terdapat 1.318 gabungan kasus terverifikasi daring dan luring. Adapun frekuensi tertinggi kasus luring terverifikasi terjadi antara 2016, 2017, dan 2019.
Kelompok tersebut juga mengidentifikasi tahun-tahun ini sebagai periode yang terkait dengan berbagai peristiwa global dan domestik, seperti serangan teroris Inggris Raya, penembakan Christchurch di Selandia Baru, serta hasil referendum Brexit.
Tell Mama menunjukkan dengan tepat bahwa faktor-faktor yang berkontribusi pada puncak kebencian anti-Muslim ini termasuk aktivitas sayap kanan, serangan anti-Muslim global, wacana politik, aktivitas teroris, skandal dandanan dan kampanye anti-Muslim yang ditargetkan.
Mereka juga menyoroti kampanye “Hukum Seorang Muslim” tahun 2018 sebagai perhatian utama. Kampanye tersebut menimbulkan kekhawatiran yang signifikan di dalam komunitas Muslim Inggris. Konflik Israel-Palestina yang berkelanjutan dilaporkan mengakibatkan peningkatan tajam kasus anti-Muslim pada 2021.
Pemicu lain lonjakan insiden terkait dengan serangan terhadap pencari suaka dan pusat pendukung mereka, serta tokoh masyarakat seperti pemain kriket Azeem Rafiq yang berbicara tentang pelecehan rasis yang mereka alami.
Direktur Tell Mama Iman Atta menegaskan tujuan dari penelitian selama satu dekade ini adalah untuk menyadarkan masyarakat akan isu kebencian anti-Muslim dan menginspirasi mereka untuk mengambil tindakan.
“Ini adalah data selama satu dekade untuk membantu, mendukung dan memastikan bahwa Muslim Inggris mendapatkan akses ke keadilan,” ucap dia. Ia juga berharap data tersebut dapat memotivasi untuk lebih fokus pada bidang pekerjaan ini. Dia menambahkan, jika kohesi sosial ingin diperkuat maka kebencian anti-Muslim harus dilawan, dipantau dan dilawan secara damai. Hal ini juga membutuhkan upaya kolektif bersama.