Alquran Dibakar, Khamenei Tuntut Swedia Serahkan Pelaku untuk Diadili di Negara Islam

Khamenei sebut Swedia masuki medan pertempuran dengan membiarkan pembakaran Quran.

EPA-EFE/IRANIAN SUPREME LEADER OFFICE
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Merespons kasus pembakaran Alquran, Khamenei sebut Swedia harus menyerahkan pelaku untuk diadili dengan sistem peradilan negara Islam.
Rep: Kamran Dikarma Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei merespons dengan keras kasus pembiaran pembakaran Alquran oleh Swedia. Menurutnya, Swedia telah memasuki medan pertempuran untuk perang dengan dunia Muslim

"Pemerintah Swedia harus tahu bahwa dengan mendukung penjahat yang membakar Alquran, mereka telah memasuki medan pertempuran untuk perang di dunia Muslim. Mereka telah menciptakan perasaan kebencian serta permusuhan terhadap mereka di semua negara Muslim dan banyak pemerintahnya," ujar Khamenei lewat akun Twitter resminya, Sabtu (22/7/2023).

Khameini menegaskan, semua cendekiawan Muslim setuju bahwa pelaku pembakaran Alquran pantas diganjar hukuman paling berat. Ia pun menyebut tugas Pemerintah Swedia adalah menyerahkan pelakunya ke sistem peradilan negara Islam.

Baca Juga



Media pemerintah Iran melaporkan bahwa Khamenei telah menuntut Swedia untuk menyerahkan pelaku pembakaran Alquran untuk didakwa di negara-negara Muslim. Kemudian terkait pernyataan terbaru Khamenei, perwakilan diplomatik Swedia di Iran belum memberikan tanggapan apa pun.

Saat ini, Iran telah menunda penempatan duta besarnya yang baru untuk Swedia. Teheran pun tidak menerima utusan atau diplomat Swedia yang bakal menjadi duta besar di negara tersebut.


Bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha pada 28 Juni 2023 lalu, seorang imigran Irak bernama Salwan Momika melakukan aksi perobekan dan pembakaran Alquran di depan Masjid Raya Sodermalm, Stockholm, Swedia. Momika memperoleh izin dari otoritas Swedia untuk melaksanakan aksinya karena dipandang sebagai bentuk kebebasan berbicara.

Sebelum membakarnya, Momika sempat menggunakan lembaran-lembaran Alquran yang dirobeknya untuk menyeka sepatunya. Dia bahkan meletakkan daging babi pada lembaran tersebut. Setelah itu, Momika, yang mengenalkan diri sebagai ateis sekuler di media sosial, melakukan pembakaran.

Aksi pembakaran Alquran oleh Momika memantik kecaman luas, tak hanya dari negara-negara Muslim, tapi juga Uni Eropa dan Rusia. Pemimpin gereja Katolik, Paus Fransiskus, turut melayangkan kritik keras atas aksi penistaan Alquran tersebut.

Karena belum memperoleh kewarganegaraan Swedia, Pemerintah Irak disebut telah meminta Swedia mendeportasi Salwan Momika. Hal itu karena Baghdad hendak mengadilinya atas dakwaan penghinaan terhadap kesucian Islam.

Pada Kamis (20/7/2023), Kedutaan Besar Swedia di Baghdad diserbu dan digeruduk ratusan massa yang memprotes pembakaran Alquran. Para demonstran pun melakukan pembakaran di area kedutaan. Tak ada diplomat Swedia yang dilaporkan terluka akibat kejadian tersebut.

Momika diketahui memuji politisi sayap kanan berkebangsaan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan. Sebelumnya, Paludan telah melakukan pembakaran Alquran di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm pada 21 Januari 2023 lalu. Aksi itu menjadi bentuk protes Paludan terhadap Turki karena tak kunjung memberi persetujuan agar Swedia dapat bergabung dengan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler