Aksi Ciuman Gay The 1975, Komunitas LGBT di Malaysia Justru Merasa Dirugikan
Komunitas LGBT di Malaysia ikut mengkritik aksi tak bermoral The 1975.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Band 1975 menerima banyak kritik seusai aksi ciuman gay yang dilakukan sang vokalis Matty Healy dan pemain bas Ross MacDonald di Malaysia. Tindakan tak bermoral itu dilakukan sebagai protes atas UU Anti-LGBT di Malaysia.
Namun bukannya merasa dibela oleh The 1975, komunitas LGBT+ di Malaysia justru ikut mengkritik aksi tersebut. Komunitas LGBTQ+ Malaysia ikut berpendapat.
Thread di Twitter oleh Joe Lee yang sangat kritis terhadap Healy menjadi viral. Lee mengatakan, tindakan Healy akan memperburuk kehidupan komunitas LGBTQ + di negara itu.
“Apa yang telah dilakukan Matt Healy dan The 1975 mengganggu kerja bertahun-tahun oleh aktivis lokal yang telah mendorong perubahan dan pemahaman, serta membahayakan komunitas minoritas kami yang rentan,” tulis Lee seperti dilansir laman NMW, Senin (24/7/2023).
Dia setuju dengan pembatalan acara musik Good Vibes Festival. "Sekarang, dengan lebih banyak artis ramah queer yang tampil, beri tahu saya apakah menurut Anda aman untuk mengadakan pertunjukan dua hari lagi?," ujarnya.
“Anda tahu beberapa pihak akan membuat tontonan itu, dan mengingat ketegangan, insiden apapun akan menjadi bencana dengan konsekuensi yang sangat nyata," kata Lee.
Dia menyebut setiap negara memiliki hukumnya sendiri. "Orang asing tidak boleh masuk dan mengomeli kami dan memberi tahu kami bagaimana melakukan sesuatu, terutama ketika mereka hanya memperburuk keadaan kami," ujarnya.
Menurut dia, korban sebenarnya dari situasi ini justru komunitas LGBTQ+ Malaysia, yang harus menghadapi akibatnya. Kedua, industri konser Malaysia yang sedang berjuang untuk bangkit kembali pascapandemi Covid-19.
Sentimen Lee digaungkan oleh banyak orang. Pengguna Twitter lainnya mengatakan, “The 1975 tidak tahu apa yang mereka lakukan adalah hal terburuk yang bisa terjadi pada kami".
Seorang queer Malaysia lainnya mengatakan Healy dan rekan bandnya semuanya adalah pria kulit putih kaya yang tidak kehilangan apapun dengan melakukan apa yang mereka lakukan. Maksimal, mereka "hanya" kehilangan pendengar dari Malaysia dan berpenghasilan lebih sedikit sekarang. Mereka tidak memiliki konsekuensi nyata yang nyata atas ucapan dan aksi mereka.
“Queer Malaysia telah mengampanyekan hak-hak kami, banyak dari mereka sepenuhnya berbasis sukarelawan dan sepenuhnya didanai oleh queer lokal lainnya. Kami mencurahkan banyak darah, keringat, dan air mata untuk memastikan rekan-rekan kami memiliki tempat yang aman, terutama di lingkungan yang tidak bersahabat," kata dia.
Apa yang dilakukan The 1975 dinilai lebih buruk untuk queer Malaysia. "Ini bukan pertarungan mereka,” tambah yang lain.
Pertunjukan The 1975 di Indonesia dan Taiwan kemudian dibatalkan menyusul insiden di Malaysia.