Angka Stunting dan Obesitas di Papua Sangat Tinggi, Ini Penyebabnya Menurut Wamenkes
Papua memiliki kasus kelebihan berat badan pada 2018 dengan prevalensi 30,6 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono, mengkonfirmasi bahwa angka stunting hingga obesitas di Papua terbilang sangat tinggi. Menurut dia, hal itu terjadi karena kebiasaan pola makan di dalam keluarga yang mengandalkan makanan instan.
“Makanan instan, dan itu tidak dipilih dan dibatasi oleh ibu-ibu,” kata Dante dalam diskusi daring di Jakarta, Senin (24/7/2023).
Berdasarkan data Riskesdas, Papua memiliki kasus paling banyak kelebihan berat badan pada 2018 dengan prevalensi 30,6 persen. Angka itu, hampir sebanding dengan banyaknya stunting di Papua yang ada di angka 33,1 persen.
“Makanan instan ini kalorinya sangat tinggi. Di Papua banyak konsumsi makanan instan, sehingga banyak juga kasus obesitas di sana. Di lain sisi mereka punya kasus stunting yang tinggi,” jelas dia.
Ditanya penyelesaian dan kontrol tumbuh kembang anak di daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) yang masih sulit, Dante menyinggung sosialisasi soal air susu ibu (ASI). Menurut dia, ihwal makanan instan dan susu formula dengan kalori tinggi, ASI menjadi yang paling esensial bagi bayi baru lahir.
Pasalnya, ASI, dia sebut memiliki kadar kalori yang pas bagi anak baru lahir. “Kemudian kalau ada makanan tambahan, adalah jasa protein hewani. Protein hewani apa yang paling gampang? telur. Telur itu gampang diperoleh dan murah. Nggak perlu daging. Kalau nggak ada telur, ikan juga boleh,” ucapnya.
Secara nasional, kata dia, memang ada juga peningkatan nyata obesitas di Indonesia dari tahun ke tahun. Menurut dia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2013 ada sekitar 15,3 persen masyarakat di Indonesia yang mengalami obesitas.
Namun demikian, angka itu naik menjadi 21,8 persen pada 2018. “Ada peningkatan drastis di masyarakat soal obesitas,” kata Dante.
Dijelaskan, data Kemenkes dalam empat dekade terakhir menunjukkan angka obesitas pada anak mengalami kenaikan drastis hingga 10 persen. Padahal, berdasarkan organisasi kesehatan dunia (WHO) obesitas menyebabkan 10,3 persen kematian dari seluruh kematian di dunia.
Dia menyebutkan, salah satu alasan peningkatan obesitas di Indonesia sejauh ini dimungkinkan karena pendapatan dan kesejahteraan yang kian meningkat di beberapa daerah penyangga kota besar. Menurut dia, angka obesitas selalu lebih tinggi di Depok, Tangerang, Bekasi dan Bogor daripada Jakarta.
“Dan itu menunjukkan angka obesitas berkorelasi dengan pendapatan masyarakat yang makin meningkat,” jelas dia.
Menurut Dante, untuk menyelesaikan kasus obesitas ini perlu dilakukan pendidikan yang menyeluruh. Dia berharap, para kader Puskesmas dan posyandu bisa menyampaikan dengan baik, terlebih saat grafik dan identifikasi peningkatan jelas terjadi.