Survei: Masyarakat Indonesia Paling Peduli Terhadap Privasi Data Internet di Asia
Indonesia hanya kalah dari Nigeria dalam survei global.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah survei global mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia adalah orang-orang yang paling peduli terhadap privasi di Asia. Indonesia hanya kalah dari Nigeria secara global dengan 92 persen responden menyatakan bahwa privasi data penting bagi mereka.
Dalam survei yang dilakukan perusahaan teknologi perangkat lunak Consensys tersebut, Indonesia juga menempati peringkat kedua dalam keinginan untuk membagi keuntungan yang diperoleh perusahaan dari data pengguna (81 persen), serta untuk memiliki lebih banyak kontrol atas data pengguna mereka (89 persen).
Selain itu, Indonesia juga menempati peringkat pertama di Asia dalam keyakinan terhadap kepemilikan digital, yang menunjukkan bahwa mereka seharusnya memiliki hal-hal yang mereka ciptakan di internet.
Masyarakat Indonesia juga lebih sadar akan konsep Web 3.0 dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di Asia dengan 23 persen responden menyatakan bahwa mereka memiliki pengetahuan tentang Web3, dibandingkan hanya 9 persen di Jepang," ujar Pendiri dan CEO Consensys, Joe Lubin, dalam siaran pers, Selasa (25/7/2023).
Berbeda dengan beberapa negara Asia lainnya, kata Lubin, Indonesia memiliki persepsi yang paling positif dan progresif terhadap kripto, di mana kripto dianggap sebagai mata uang masa depan (17 persen) dan memiliki potensi untuk kepemilikan digital (15 persen), serta sebagai alternatif terhadap ekosistem keuangan tradisional (9 persen).
"Temuan ini menunjukkan bahwa Indonesia, dengan populasi pemuda yang dimilikinya, sangat terbuka terhadap konsep-konsep Web 3.0 dan berada pada posisi yang baik untuk menjadi salah satu yang terdepan dalam pergeseran paradigma menuju internet yang didukung oleh pengguna dan berpusat pada komunitas," ujar Lubin.
Hasil-hasil tersebut, menurut Lubin, juga menggambarkan pengguna Indonesia sebagai builder dan pencipta yang berorientasi ke masa depan, yang berkontribusi pada transformasi era baru internet.
Lubin mengatakan, survei ini mengonfirmasi munculnya paradigma kepercayaan terdesentralisasi yang memberdayakan pengguna dan komunitas. "Era para builder sejalan dengan etos web3 di mana setiap orang dapat berkontribusi. Consensys bertujuan menjadi pengurus yang terpercaya bagi para pembangun dan pengembang, mendukung pemberdayaan komunitas dan dampak positif secara global," katanya.