Militer Niger Kudeta Presiden Mohamed Bazoum

Presiden Niger Mohamed Bazoum telah ditahan oleh pasukan pengawal presiden.

AP
Tentara militer di negara Afrika Barat, Niger, telah mengumumkan melakukan kudeta terhadap pemerintah resmi negara ini di TV nasional.
Rep: Amri Amrullah Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, NIAMEY -- Tentara militer di negara Afrika Barat, Niger, telah mengumumkan melakukan kudeta terhadap pemerintah resmi negara ini di TV nasional. Pemimpin militer Niger mengatakan bahwa mereka telah membubarkan konstitusi, membekukan semua institusi, dan menutup perbatasan negara.

Presiden Niger Mohamed Bazoum telah ditahan oleh pasukan pengawal presiden sejak Rabu (26/7/2023) pagi. Bazoum sempat dijanjikan "dukungan tak tergoyahkan" dari Washington melalui telepon dari Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mengatakan ia telah berbicara dengan Presiden Bazoum dan menawarkan dukungan penuh PBB. Bazoum adalah sekutu utama Barat dalam memerangi militansi Islamis di Afrika Barat.

Dua negara tetangga Niger, Mali dan Burkina Faso, telah mengalami kudeta yang dipicu oleh pemberontakan kelompok jihadis garis keras dalam beberapa tahun terakhir. Di kedua negara tersebut, para pemimpin militer baru telah berselisih dengan Prancis, bekas penjajah yang juga pernah memerintah Niger.

Dalam pengumuman TV pada Rabu, Kolonel Amadou Abdramane, bersama sembilan tentara berseragam lainnya di belakangnya, menggelar konferensi pers. "Kami, pasukan pertahanan dan keamanan... telah memutuskan untuk mengakhiri rezim yang Anda tahu," kata Abdramane.

"Ini menyusul situasi keamanan yang terus memburuk,dan tata kelola ekonomi dan sosial yang buruk," katanya.




Abdramane juga mengatakan semua lembaga negara telah dibekukan dan para kepala kementerian akan mengurus urusan sehari-hari. "Semua mitra eksternal diminta untuk tidak ikut campur," katanya. "Perbatasan darat dan udara ditutup hingga situasi menjadi stabil," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa jam malam akan berlaku mulai pukul 22:00 hingga 05.00 waktu setempat hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Kolonel Mayor Abdramane mengatakan bahwa para tentara itu bertindak atas nama Dewan Nasional untuk Perlindungan Tanah Air (CNSP). Setelah pengumuman di televisi, Blinken menyerukan pembebasan Presiden Bazoum.

Dia mengatakan dalam sebuah konferensi pers di Selandia Baru bahwa "apa yang dilakukan oleh tentara itu jelas merupakan upaya untuk merebut kekuasaan dengan paksa dan mengganggu konstitusi".

Blok ekonomi Afrika Barat, Ecowas, mengatakan bahwa mereka "mengutuk dengan keras upaya perebutan kekuasaan secara paksa". Atas nama Ecowas, Presiden Benin Patrice Talon telah tiba di Niamey dalam misi mediasi.

Talon mengatakan "segala cara" akan digunakan, jika perlu untuk memulihkan ketertiban konstitusional di Niger, "tetapi yang ideal adalah agar semuanya dilakukan dengan damai dan harmonis".

Sebelumnya pada Rabu, kerumunan orang di ibu kota Niamey turun ke jalan untuk mendukung Bazoum. Seorang wartawan BBC juga melihat pasukan bersenjata lengkap yang setia kepada presiden ditempatkan di sekitar lembaga penyiaran nasional.

Kota itu sebagian besar damai, meskipun tentara yang berada di belakang upaya kudeta melepaskan tembakan untuk membubarkan protes.

Niger bergulat dengan dua pemberontakan Islamis - satu di barat daya, yang menyapu dari Mali pada 2015 dan yang lainnya di tenggara, yang melibatkan para jihadis yang berbasis di timur laut Nigeria.

Kelompok-kelompok militan yang bersekutu dengan Alqaidah dan ISIS aktif di negara ini. Presiden Bazoum, yang terpilih secara demokratis pada  2021, adalah sekutu dekat Prancis dan negara-negara Barat lainnya.

Niger telah mengalami empat kali kudeta sejak merdeka dari Prancis pada tahun 1960, serta berbagai percobaan kudeta.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler