Mahasiswa Berusia 20 Tahun Meninggal Akibat Serangan Jantung Usai Lari Maraton

Mengapa serangan jantung dapat terjadi pada orang semuda itu?

ANTARA/Fikri Yusuf
Lari maraton (Ilustrasi). Seorang mahasiswa di India meninggal dunia satu jam setelah menyelesakan lari maraton.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang mahasiswa bernama Dinesh Kumar (20 tahun) dari Tamil Nadu, India meninggal karena serangan jantung setelah berlari maraton 10 km di kota Madurai. Sebelum meninggal, Kumar, yang berasal dari distrik Kallakurichi, jatuh pingsan satu jam setelah maraton donor darah Uthiram 2023 pada Ahad (23/7/2023).

Kumar, yang merupakan mahasiswa teknik mesin BE tahun terakhir di Sekolah Tinggi Teknik Thigarajar, Thiruparankundram, Madurai, termasuk di antara 4.500 pria dan wanita yang berpartisipasi dalam maraton yang diselenggarakan oleh Madurai Medical College. Dikutip dari Indian Express, Jumat (27/7/2023), maraton itu resmi dibuka oleh Menteri Kesehatan Ma Subramanian dan Menteri Registrasi dan Pajak Komersial P Moorthy di Fakultas Kedokteran.

Baca Juga


Setelah berhasil menyelesaikan maraton di pagi hari, Kumar tampak sehat selama satu jam. Namun, menurut teman-temannya, dia kemudian mengeluh gelisah dan tidak nyaman.

Menurut dokter di Rumah Sakit Pemerintah Rajaji, teman-temannya memberi tahu mereka bahwa Kumar memiliki riwayat epilepsi. Kasus kematian Kumar memicu perdebatan di media sosial dengan banyak netizen mempertanyakan kurangnya kesadaran seputar lari maraton.

Seorang pengguna Twitter menyarankan bahwa seseorang tidak boleh mengikuti maraton tanpa berlatih sebelumnya minimal dua hingga tiga pekan.

"Tetap terhidrasi sangat penting," katanya.

Sementara yang lain berkata penyelenggara acara maraton harus menetapkan penafian bahwa berlari tiba-tiba tanpa latihan dapat menyebabkan masalah fatal.

"Sejujurnya, banyak orang yang tidak menyadari hal ini dan mengira mereka bisa berlari sejauh dua hingga lima km," ujar yang lain.

Berbicara tentang hal yang sama, dr Udgeath Dhir, direktur dan kepala bedah kardiotoraks dan vaskular (CTVS), Fortis Memorial Research Institute mengatakan jika ada masalah bawaan pada otot jantung atau ada penyakit yang mendasari sistem konduksi listrik, hal itu dapat tampak selama latihan mendadak seperti lari maraton, olahraga berat, atau mengangkat beban berat. Hal itu dapat menyebabkan serangan jantung.

Dokter Dhir menjelaskan bahwa telah terjadi peningkatan serangan jantung di kalangan anak muda karena hipertensi yang tidak dapat dijelaskan. Hipertensi yang tidak dapat dijelaskan dapat meningkatkan suplai darah selama kondisi stres dan meningkatkan tekanan darah.

Ini menyebabkan diseksi tertentu pada aorta utama, yang pada gilirannya menyebabkan henti jantung mendadak. Dokter Dhir menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengikuti program pelatihan apa pun. Misalnya, apakah itu berolahraga agresif, lari maraton, atau gym.

"Dokter dapat membimbing, memeriksa status jantung dan tekanan darah, dan merekomendasikan aktivitas fisik seperti apa yang dilarang atau tidak," kata dr Dhir.

Selain itu, dr Dhir mengungkapkan serangan jantung dapat dicegah dengan memeriksa riwayat pasien. Orang perlu waspada jika mereka memiliki riwayat keluarga yang mengalami serangan jantung mendadak atau jika mereka memiliki riwayat jantung berdebar atau nyeri dada yang tidak biasa.

"Jika seseorang sehat, tidak memiliki riwayat keluarga dengan serangan jantung mendadak, dan telah menyelesaikan evaluasi dasarnya, yang meliputi EKG (elektrokardiogram), pemantauan tekanan darah atau ECO serta tidak memiliki gejala atipikal, tidak ada keringat berlebihan, dan tidak ada jantung berdebar, dia dapat melanjutkan program pelatihan," kata dr Dhir.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler