10 Hal tentang Sinead O'Connor yang Terungkap dari Film Dokumenter Nothing Compares

Kisah kehidupan Sinead O Connor terungkap dalam dokumenter Nothing Compares 2 U.

EPA
Penyanyi Sinead OConnor yang telah mengubah namanya menjadi Shuhada Sadaqat meninggal dunia dalam usia 56 tahun, Rabu (25/7/2023).
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyusul berpulangnya legenda musik Irlandia Sinead O'Connor yang dikonfirmasi pada Rabu (25/7/2023) lalu, film dokumenter tentang sang musisi kini kembali ditayangkan. Tayangan tersebut berjudul Nothing Compares.

Film dokumenter pemenang penghargaan itu menunjukkan sosok Sinead O'Connor sebagai seorang revolusioner yang blak-blakan. Berdurasi 97 menit, film dirilis di bioskop pada musim gugur 2022 dan kini untuk pertama kalinya disiarkan di televisi.

Disutradarai oleh sineas Kathryn Ferguson, film mengeksplorasi kehidupan O'Connor yang bergejolak dan kariernya yang produktif. Tayangan menunjukkan sisi lain O'Connor yang tidak banyak diketahui banyak orang sebagai berikut, dikutip dari laman National World, Ahad (30/7/2023).

- Pernah tidur di kebun
Hubungan O'Connor dengan ibunya tidak berjalan baik, bahkan dia kerap dapat penyiksaan. O'Connor bercerita ketika dia berusia delapan tahun, ibunya menyuruh dia tidur di kebun selama berminggu-minggu. Dia menangis meminta masuk, tapi sang ibu malah mematikan lampu dan meninggalkannya di luar dalam cuaca dingin.

- Mengalami pelecehan saat remaja
Pada usia 14 tahun, O'Connor dikirim ke residential training center yang dijalankan oleh organisasi persaudaraan agama tertentu dan mengalami pelecehan di tempat itu. Berbicara tentang pengalaman buruknya, dia ingat mendapat doktrin bahwa "kami adalah orang-orang jahat yang tidak pantas hidup".

Baca Juga


Lika-liku kehidupan Sinead O Connor. - (Republika)

 
- Sering pindah sekolah
Selama wawancara dengan seorang pembawa acara Irlandia, terungkap bahwa selama masa kecilnya yang sulit, O'Connor kerap pindah sekolah. Dengan biaya dari ayahnya, O'Connor mengaku sudah pindah sekolah sekitar lima sampai enam kali.

- Sangat terinspirasi Bob Dylan
Tanpa Bob Dylan, tidak akan ada Sinead O'Connor. O'Connor mengungkap bahwa Dylan adalah sumber inspirasinya. Lagu Dylan, "Gotta Serve Somebody" dari album Slow Train Coming tahun 1979, membuat O'Connor yang masih berusia 11 tahun terpukau dan bertekad mendalami musik dan menggunakannya untuk kebaikan.

- Pernah diminta untuk jalani aborsi demi album debutnya
Menurut film dokumenter, label Ensign yang dulu menaungi O'Connor pernah menekannya untuk mengakhiri kehamilan. Sebab, itu dianggap akan mengganggu peluncuran promosi album debutnya. O'Connor juga mengungkapkan bahwa label tersebut melakukan pemotretan hanya dari bahunya ke atas, agar tidak memperlihatkan perutnya yang membesar.

- Dianggap terlalu agresif untuk Amerika
Album debut O'Connor, The Lion and the Cobr, punya sampul berbeda di Amerika Serikat (AS). Itu karena pose O'Connor dan kepala gundulnya seperti di album Inggris dianggap sebagai citra yang terlalu agresif bagi konsumen AS. Akhirnya, dipakai sampul alternatif yang lebih konservatif.

- Kisah sedih di balik klip ikonik "Nothing Compares 2 U"
Dalam film dokumenter, O'Connor mengungkapkan air mata yang terlihat di video musik ikonik "Nothing Compares 2 U" tidak dibuat-buat. O'Connor memikirkan momen dengan ibunya saat bernyanyi. Alam bawah sadarnya juga memikirkan "gadis kecil di kebun".

- Dilarang oleh radio Amerika
Pada 1990, O'Connor jadi sorotan karena menolak lagu kebangsaan AS diputar sebelum penampilannya di New Jersey. Sejumlah stasiun radio di AS kemudian memboikot O'Connor, dengan tidak memutar lagunya di program mereka, namun ada juga yang tidak melakukannya.

- Sering dapat ancaman
O'Connor juga menerima reaksi kebencian yang mendalam setelah penampilannya yang kontroversial di Saturday Night Live (SNL) pada 1992. Pada momen itu, dia memprotes Paus Yohanes Paulus II dengan merobek fotonya menjadi beberapa bagian.




O'Connor melakukan itu untuk menyuarakan protes atas kasus kekerasan dan pelecehan terhadap anak yang masih terjadi di bawah institusi di bawah naungan gereja. Akibatnya, dia dimusuhi dan dapat banyak ancaman, termasuk oleh Frank Sinatra, Joe Pesci, dan akademisi feminis Camille Anna Pagila.

- Protesnya saat Grammy 1989 membuat Public Enemy menghormatinya
O'Connor melakukan protes pada gelaran Grammy 1989 yang membuatnya dihormati oleh grup rap Public Enemy. Saat hadir di Grammy, O'Connor tampil dengan logo grup Public Enemy di kepalanya untuk memprotes penghargaan untuk kategori rap yang tidak ditayangkan di televisi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler