Debit Air Sungai Cidahu Turun, Lahan Pertanian di Jampangtengah Terancam Kekeringan
Ada sekitar 12 hektare lahan pertanian yang disebut terancam kekeringan.
REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Kondisi musim kemarau dikabarkan berdampak terhadap debit air Sungai Cidahu di wilayah Kampung Naringgul, Desa Jampangtengah, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Berkurangnya debit air sungai tersebut dikhawatirkan berdampak terhadap pasokan air ke lahan pertanian.
Berdasarkan informasi Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, sudah satu bulan tidak turun hujan di wilayah tersebut. Debit air Sungai Cidahu pun menurun.
“Bencana kekeringan akibat musim kemarau mulai berdampak pada lahan pertanian,” kata Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Jampangtengah, Dadi Supardi.
Akibat menurunnya debit air sungai di wilayah tersebut, Dadi mengatakan, ada sekitar 12 hektare lahan pertanian yang terancam kekurangan pasokan air dan kekeringan. Beberapa di antaranya disebut sudah mulai mengalami kekeringan. “Tanaman padi sawah terancam gagal panen,” kata Dadi.
Menurut Dadi, P2BK sudah berkoordinasi dengan Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Jampangtengah dan Pemerintah Desa Jampangtengah mengenai permasalahan itu. Ia mengatakan, petani berharap ada bantuan pipa untuk memindahkan aliran irigasi agar lahan pertanian tetap bisa mendapatkan pasokan air.
“Kebutuhan di lapangan 25 batang pipa paralon enam inci untuk memindahkan aliran irigasi dari tempat semula ke arah hulu sungai,” ujar Dadi.
Menurut Dadi, debit air di kawasan hulu sungai masih relatif lebih besar dibandingkan di hilir sungai. Jika sudah ada bantuan pipa, kata dia, warga siap bergotong royong untuk mengerjakan pemasangannya. “Warga ingin agar area pertanian bisa teraliri air,” kata Dadi.
Dadi pun mengimbau masyarakat tetap waspada akan dampak musim kemarau. Selain kekeringan atau krisi air bersih, ada kerawanan kebakaran lahan atau hutan.