RI Gencar Promosi Kendaraan Listrik, Pembangkitnya Sudah Ramah Lingkungan?
Sumber listrik yang digunakan belum penuh dari pembangkit EBT.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah terus mempromosikan penggunaan kendaraan listrik untuk menurunkan laju emisi gas rumah kaca di Indonesia sebagai jalan menuju net zero emission (NZE) 2060. Kendati demikian, sumber listrik yang digunakan untuk mengisi kendaraan tersebut belum sepenuhnya dialiri dari pembangkit listrik energi baru terbarukan.
Direktur Retail dan Niaga PT PLN (Persero), Edi Srimulyanti menjelaskan, lantaran suplai listrik yang mengalir ke Stasiun Pengisian Kendaraan Umum Listrik (SPKLU) bersumber dari jaringan kelistrikan umum, maka sumber listrik yang digunakan masih campuran baik EBT maupun energi fosil.
“Karena semua masuk ke grid (jaringan), di dalam grid itu kecampur ada listrik dari PLTU, PLTG, PLTA, PLTP, jadi banyak sumber yang masuk ke grid,” kata Edi dalam Sosialisasi Tarif dan Layanan untuk Percepatan Pengembangan Charging Station di Jakarta, Senin (31/7/2023).
Oleh karena itu, ia mengatakan, sumber energi listrik di SPKLU yang digunakan kendaraan listrik mengisi daya merupakan campuran. Namun, dipastikan meski sumber listrik belum sepenuhnya ramah lingkungan, penggunaan kendaraan listrik jauh lebih rendah dalam menghasilkan mengeluarkan emisi.
“Katakan (listriknya dari) batu bara, itu emisinya jauh lebih rendah. BBM itu emisinya 4,8 kilogram CO2 sedangkan batu bara 0,8 kg CO2,” kata Edi.
Lebih lanjut, Edi menambahkan, sesuai visi NZE 2060, PLN tentunya akan menyesuaikan pembangunan pembangkit. Ia menjamin keberadaan PLTU yang menggunakan basis energi batu bara perlahan akan dikurangi.
PLN saat ini juga telah menyetop pembangunan baru PLTU batu bara. Pembangunan PLTU baru bara hanya dikerjakan khusus proyek yang sudah dimulai proses konstruksinya sejak tahun-tahun sebelumnya dan akan selesai tahun 2024-2025.
“Tapi, itu pun jenis super critical yang efisien dan emisinya jauh lebih rendah dari jenis pembangkit-pembangkit lama,” kata Edi.