Ditampar Gara-Gara Ganggu Orang Main Catur, Usia Berapa Anak Dapat Mengerti Norma?

Seorang balita di Makassar ditempeleng pria yang terusik saat main catur.

EPA-EFE/LUKASZ GAGULSKI
Catur (ilustrasi). Seorang dokter di Makassar menempeleng anak yang mengganggu permainan caturnya.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang anak yang diketahui masih berusia tiga tahun dipukul oleh dokter yang bekerja di manajemen sebuah rumah sakit di Makassar, Sulawesi Selatan, karena mengganggu permainan caturnya. Oknum dokter tersebut kini telah dipecat dari jabatannya di rumah sakit tempat ia bekerja.

Dari sisi psikologi, sebenarnya, bagaimana tindakan anak usia dini yang mengusik orang tersebut masih terbilang wajar atau tidak? Menurut psikolog anak dan remaja Alfa Restu Mardhika, di tahap prasekolah atau usia dini, biasanya tahap berpikir anak masih sederhana.

Mereka belum dapat berpikir kompleks. Baru kemudian di tahap usia sekolah dasar, anak sudah mampu berpikir sebab dan akibat.

Lalu, yang paling lengkap adalah ketika usia remaja, rata-rata mereka sudah mengungkapkan argumen. Anak usia remaja bisa tidak langsung mengatakan "iya" atau setuju begitu saja ketika diberi tahu sesuatu.

Alfa menjelaskan, tahap sosial pada usia tiga sampai lima tahun adalah eksplorasi. Cara belajarnya adalah dengan melihat, mendengar, dan merasakan.

"Lagi eksplorasi, mengembangkan rasa ingin tahu, lihat papan catur, itu apaan sih? Cara belajarnya dengan melihat, merasakan, jadi mungkin mau memegang papan catur itu kayak apa sih karena kayak gitu cara belajarnya," kata Alfa kepada Republika.co.id, Senin (31/7/2023).

Namun, penting juga kesadaran orang tua ketika membawa anak ke luar rumah. Alfa mengatakan, orang tua perlu memperhitungkan risiko jika membawa anak-anak usia dini atau di bawah lima tahun.

Pada umumnya, anak di bawah lima tahun belum memiliki kontrol kemampuan meregulasi perilaku mereka. Mungkin ada anak yang berperilaku impulsif, apalagi jika mereka punya kondisi spesial.

Orang tua, lanjut Alfa, sudah seharusnya lebih punya kesadaran ketika membawa anak ke tempat-tempat tertentu. Jika anak dibawa ke tempat kerja atau coffee shop, menurutnya, kurang tepat karena bisa membuat berisik.

Alfa menyarankan agar orang tua menempatkan anak di situasi tepat. Kalau harus terpaksa diajak ke tempat kerja, misalnya, penting melakukan persiapan, seperti mengajak briefing anak sebelumnya.

Baca Juga


Beri tahu anak aktivitas apa yang akan dihadapi ketika di tempat kerja orang tua. Sampaikan kepada mereka di tempat tersebut akan ada banyak orang yang butuh fokus pada pekerjaan mereka masing-masing.

"Kasih tahu mama nggak bisa fokus terus sama kamu, nanti kamu menggambar di sini ya, main ini ya, bisa mewarnai dan lain-lain. Jadi anak juga paham, termasuk disiapkan perlengkapan aktivitas, kasih tahu situasi akan kayak gimana," kata Alfa yang merupakan psikolog anak dan remaja dari Insight Psikologi.

Hal yang tidak kalah penting adalah mengajari anak tentang nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat. Ajarkan tentang perilaku sehari-hari, mana yang boleh dan tidak.

Kemudian soal batas kesopanan. Untuk usia dini, cara mengajarinya bisa dengan sambil bercerita dan bermain.

"Walaupun masih kecil, anak bisa diajari, cuma caranya aja misal sambil bercerita, main boneka, ajarkan supaya nggak mengganggu orang lain," ujar Alfa.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler