Bentrokan Maut Terjadi di Kamp Palestina di Lebanon

Bentrokan tersebut sudah memasuki hari ketiga.

dreamstime.com
Kamp Pengungsi Palestina, Sabra Shatila di Beirut Lebanon.
Rep: Amri Amrullah Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Ratusan penghuni kamp utama Palestina di Lebanon melarikan diri pada hari Senin (1/8/2023), ketika pertempuran antara faksi utama Fatah dan kelompok Islam radikal berkecamuk untuk hari ketiga, kata penduduk dan sumber keamanan.

Baca Juga


Pertempuran tersebut merusak gencatan senjata yang disepakati pada hari Ahad (31/7/2023) antara kelompok-kelompok Palestina yang berseteru, termasuk perwakilan kelompok Hizbullah yang pro-Iran dan sekutunya, Syiah Amal, yang menguasai wilayah selatan Lebanon.

Sedikitnya 11 orang tewas dan 40 lainnya luka-luka dalam bentrokan yang terjadi di kamp Ain el-Hilweh, dekat kota pantai selatan Sidon, selama akhir pekan, kata sumber-sumber keamanan dan Palestina.

Pada hari Senin (1/8/2023), kedua kelompok yang bertikai saling menembakkan granat berpeluncur roket di lorong-lorong kamp yang padat. Kedua belah pihak saling menyalahkan satu sama lain atas pelanggaran gencatan senjata tersebut.

Sumber-sumber Palestina mengatakan bahwa pertempuran terbaru pada hari Sabtu (30/7/2023), dipicu oleh pengetatan keamanan yang dilakukan oleh Fatah, faksi utama di kamp tersebut terhadap kelompok Islam garis keras yang memiliki pijakan di sana.

Kematian seorang militan menyebabkan serangan terhadap pos-pos Fatah. Pertempuran meningkat pada hari Ahad (31/7/2023), setelah seorang komandan Fatah terbunuh dalam sebuah penyergapan yang dilakukan oleh para militan. Kemudian, di mana tiga orang rekannya kemudian tewas akibat luka-luka dalam sebuah serangan yang dianggap sebagai pembalasan atas kematian seorang militan Islamis sehari sebelumnya.

Lebih dari 2.000 orang terpaksa mengungsi, mencari tempat yang aman, menurut Dorothee Klaus, kepala UNRWA, badan PBB yang bertanggung jawab atas kesejahteraan para pengungsi Palestina. Ia telah menjalankan layanan dasar di kamp yang berpenghuni lebih dari 50.000 orang itu.

"UNRWA telah membuka sekolah-sekolah untuk mengakomodasi keluarga-keluarga yang mengungsi," kata Klaus.

Pecahan peluru melukai beberapa tentara Lebanon di luar kamp yang bertembok, karena tentara mengontrol akses bagi orang-orang di pos pemeriksaan di luar. Sekitar 400 ribu pengungsi tinggal di 12 kamp Palestina di Lebanon, yang dibangun sejak perang tahun 1948 antara Israel dan negara-negara tetangganya di Arab. Kamp-kamp tersebut sebagian besar berada di luar yurisdiksi layanan keamanan Lebanon.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler