Cina Ingin Kerahkan Warganya untuk Jadi Mata-mata
Cina ingin kerahkan warganya untuk upaya anti-spionase
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kementerian Keamanan Negara Cina mengatakan Cina harus mengerahkan warganya untuk upaya anti-spionase termasuk membentuk saluran agar warga dapat melaporkan aktivitas mencurigakan. Kementerian juga mengusulkan agar memberikan penghargaan dan pujian bagi warga yang melakukanya.
Dalam unggahan di aplikasi kirim pesan WeChat, Selasa (1/8/2023) kementerian mengatakan harus didirikan sistem yang membuat "normal" bagi masyarakat berpartisipasi dalam upaya kontra-spionase. Kementerian Keamanan Negara mengawasi intelijen asing dan upaya anti mata-mata.
Seruan untuk mempopulerkan upaya anti-spionase massa ini mengikuti perluasan undang-undang kontra-spionase Cina yang berlaku bulan Juni lalu. Undang-undang itu melarang pengiriman informasi yang berkaitan dengan keamanan nasional dan kepentingan-kepentingan yang tidak disebutkan detailnya.
Perluasan undang-undang ini menjadi peringatan bagi Amerika Serikat (AS) yang mengatakan perusahaan-perusahaan asing di Cina dapat dihukum hanya karena melakukan aktivitas bisnis seperti biasa.
Revisi undang-undang mengizinkan pihak berwenang menggelar penyelidikan anti-spionase dengan mengakses data, peralatan elektronik dan informasi di properti pribadi.
Pada bulan Juli lalu Menteri Keamanan Negara Chen Yixin menulis dalam sebuah artikel di majalah hukum Tiongkok, keamanan politik adalah prioritas utama keamanan nasional, dan "inti" dari keamanan politik adalah keamanan sistem politik Cina.
"Yang paling mendasar adalah menjaga kepemimpinan dan posisi berkuasa Partai Komunis Cina dan sistem sosialis dengan karakteristik Cina," kata Chen.
Cina menangkap warga yang dicurigai melakukan spionase....
Beberapa tahun terakhir, Cina menangkap dan menahan puluhan warga negara Cina dan warga negara asing yang dicurigai melakukan spionase. Termasuk seorang eksekutif di perusahaan obat Jepang Astellas Pharma pada bulan Maret.
Jurnalis Australia Cheng Lei, yang dituduh memberikan rahasia negara ke negara lain, telah ditahan di Cina sejak September 2020.
Pernyataan Cina mereka berada di bawah ancaman mata-mata muncul ketika negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, menuduh Cina melakukan spionase dan serangan siber. Beijing membantah keras tuduhan tersebut.
Amerika Serikat sendiri adalah "kekaisaran peretasan," kata juru bicara kementerian luar negeri Cina.
Dalam melindungi diri dari spionase, China membutuhkan partisipasi rakyatnya dalam membangun garis pertahanan, tulis kementerian keamanan negara dalam sebuah postingan di WeChat.