Para Pria Lebih Berisiko Idap Kanker Kulit, Ini Sebabnya
Kanker kulit lebih sering menyerang pasien dewasa daripada anak-anak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai lapisan pertama organ tubuh manusia, kulit rentan terserang berbagai penyakit. Salah satu bahaya yang mengintai adalah kanker kulit. Berdasarkan data prevalensi yang ada, rupanya para pria lebih berisiko mengidap kanker kulit dibandingkan kaum hawa.
Dokter spesialis bedah subspesialis bedah onkologi konsultan, M Yadi Permana, menjelaskan penyebabnya. Itu karena adanya kecenderungan lebih banyak pria bekerja di luar rumah dan melakukan aktivitas yang terpapar sinar matahari serta jarang memakai tabir surya.
"Lebih banyak laki-laki yang mengidap kanker kulit daripada perempuan, dengan rentang usia di atas 40 tahun," kata Yadi pada virtual media briefing yang digelar Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Selasa (1/8/2023).
Yadi menjelaskan, kanker kulit lebih sering menyerang pasien dewasa daripada anak-anak, sebab elastisitas dan pigmen kulit pada anak cenderung masih baik. Lagi pula, pasien muda jarang terkena kanker kulit karena biasanya kanker itu terjadi akibat paparan faktor risiko secara terus-menerus, setidaknya setelah lima tahun.
Terdapat dua tipe utama kanker kulit, yakni kanker kulit melanoma dan kanker kulit nonmelanoma. Jumlah kasus kanker kulit melanoma hanya sekitar empat persen, sementara kanker kulit nonmelanoma bisa mencapai 90 persen.
Yadi yang menjabat sebagai sekjen Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi) menyampaikan, secara global diprediksi terdapat dua hingga tiga juta kasus kanker kulit nonmelanoma dan 132 ribu kanker kulit melanoma tiap tahun. Satu dari setiap tiga kanker yg didiagnosis adalah kanker kulit.
Di Indonesia, kanker kulit nonmelanoma menempati urutan ke-15 dari 36 jenis kanker. Berdasarkan data Globocan 2020, angka kasus kanker kulit nonmelanoma di Indonesia sebesar 1,99 persen, sementara angka kematian akibat kanker kulit nonmelanoma sebesar 1,48 persen.
Paparan sinar UV, terutama UVB, merupakan faktor risiko utama kanker kulit. Musim kemarau juga meningkatkan faktor risiko terkena kanker kulit, lantaran panas yang semakin menyengat dan indeks UV yang lebih tinggi.
Namun, Yadi menegaskan bahwa radiasi dari gawai tidak menyebabkan kanker kulit. Dia justru lebih menyarankan untuk waspada terhadap kandungan berbahaya dalam kosmetik yang dipakai, seperti produk yang mengandung merkuri.
Jika dibandingkan dengan jenis kanker lain, persentase insiden kanker kulit memang jauh lebih rendah. Sebut saja, apabila komparasi dilakukan dengan kanker payudara pada perempuan dan kanker paru-paru pada pria.
Akan tetapi, menurut Yadi, kanker kulit tetap harus menjadi perhatian khusus. Sebagai negara tropis, faktor risiko berupa paparan UV di Indonesia cukup tinggi.
"Apalagi, banyak orang yang beraktivitas d luar ruang karena tuntutan pekerjaan atau berolahraga," ungkapnya.