Teringat Omongan Gus Dur Buat PKB Sabar Menunggu Keputusan Prabowo

PKB menegaskan, tidak ada friksi di dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.

Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar. (ilustrasi)
Rep: Wahyu Suryana Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PKB masih setia di Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) bersama Gerindra walau nasib jatah posisi bakal calon wakil presiden (cawapres) masih digantung Prabowo Subianto. Ternyata, ada pernyataan almarhum Gus Dur yang membuat PKB sabar menunggu Prabowo.

Baca Juga


Wasekjen PKB Syaiful Huda mengatakan, mereka memang harus sabar karena KKIR koalisi terbaik hadapi 2024. Indikasinya, PKB dan Gerindra sama-sama membutuhkan untuk memenuhi 20 persen presidential threshold.

Hitungan Huda, PKB merupakan partai politik yang memenangkan Pemilu 2019 di Jawa Timur dan pemenang kedua di Jawa Tengah. Pada saat yang sama, Partai Gerindra merupakan pemenang pemilu di Jawa Barat dan Banten.

Artinya, PKB dan Gerindra saling melengkapi. Oleh karena itu, ia protes kepada pihak-pihak yang merasa Gerindra mudah saja meninggalkan PKB karena banyak yang mau merapat ke Partai Gerindra maupun Prabowo Subianto.

"Tapi, Prabowo kalah dua kali pilpres karena tidak mendapat insentif elektoral di Jawa Timur dan Jawa Tengah," kata Huda, Selasa (1/8/2023).

Lalu, ia melihat, dari sembilan partai politik di parlemen, dua ada dua kader terbaik dan jadi satu-satunya matahari tunggal di partai masing-masing yaitu Muhaimin dan Prabowo. Sedangkan, partai lain diisi faksionalisasi.

Ia meyakini, tidak ada friksi-friksi di tubuh PKB maupun Gerindra yang banyak terjadi di partai-partai politik lain di parlemen. Menurut Huda, itu yang membuatnya merasa KKIR harus dipertahankan dan butuh kesabaran.

Kemudian, Huda meyakini perkataan Gus Dur yang menyatakan Prabowo akan menjadi Presiden RI pada akhir usianya yang semakin menua. Satu alasan yang kala itu disampaikan Gus Dur lantara Prabowo orang yang ikhlas.

"Ada satu alasan yang disampaikan Gus Dur ketika ditanya kenapa Prabowo berpotensi menjadi presiden, karena Prabowo punya sifat yang ikhlas," ujar Huda.

Tetapi, ia berpendapat, itu tidak cukup karena orang ikhlas harus bertemu orang baik. Huda merasa, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, merupakan orang yang baik dan tepat untuk dampingi orang ikhlas seperti Prabowo.

"Kalau orang ikhlas harus ketemu orang baik dan Gus Imin orang baik dalam konteks ini. Kalau orang ikhlas ketemu orang yang pragmatis tidak akan ketemu itu, kira-kira begitu," kata Huda.

Ia menambahkan, Muhaimin orang baik karena cuma memikirkan bagaimana mengurus Nahdliyin, mengurus pondok pesantren dan kesejahteraan mereka. Tidak ada kebutuhan investasi, membesarkan perusahaan dan lain-lain.

"Jadi, sekali lagi, kalau orang berkarakter, bersifat ikhlas, baru akan jadi kalau ketemu dengan orang baik, dan orang baik menurut saya Gus Imin dan Partai Kebangkitan Bangsa," ujar Huda. 

 


Adapun elite PKB lainnya, Jazilul Fuwaid mengirimkan sentilan agar Gerindra segera mendeklarasi Prabowo dan Muhaimin sebagai capres-cawapres. Jazilul mengingatkan, waktu pendaftaran KPU sudah semakin dekat.

Ia mengatakan, jika dilihat dari sejarah jalinan kerja sama PKB paling lama memang bersama PDIP. Perbedaannya terjadi cuma dalam dua periode Presiden SBY, tapi bersatu kembali dalam dua periode Presiden Jokowi.

Sedangkan, kerja sama PKB dan Partai Gerindra baru terjalin pada akhir periode Presiden Jokowi ketika Prabowo masuk kabinet. Bahkan, untuk kontestasi Pilpres PKB dan Partai Gerindra belum pernah berkoalisi.

Ia mengaku tidak heran, kader-kader PKB dan ulama-ulama banyak yang pertanyakan waktu deklarasi capres-cawapres. Namun, Jazilul menegaskan, PKB akan selalu setia asalkan teman koalisinya, Gerindra, juga setia.

"Ada biasanya di Youtube-Youtube itu, lu 11 aku 12, lu nggak jelas gua lepas," kata Jazilul, Selasa (1/8).

Tiga pilihan

Pengamat politik, Djayadi Hanan menilai, PKB sebenarnya memiliki tiga pilihan terkait koalisi Pilpres 2024. Pertama, menegaskan atau menunggu kepastian posisi cawapres dari Prabowo. 

PKB dapat tetap bersama Gerindra karena tarikan untuk Muhaimin jauh lebih besar dibanding PDIP. Selain itu, faktor presidential threshold membuat PKB-Gerindra saling membutuhkan. Menurut Djayadi, lebih baik lagi Gerindra, PKB ditambah PAN, walaupun rumit karena ada nama Erick Thohir masuk pilihan cawapres.

"Ada faktor lain yang bisa menentukan. Faktor Jokowi akan menentukan keputusan PAN bergabung ke mana, misalnya Erick Thohir tidak diterima. Kalau sama-sama menanti, Cak Imin tidak akan ke mana-mana," kata Djayadi, Selasa (1/8/2023).

Djayadi mengingatkan, bahwa KKIR lahir seusai Gerindra masuk menjadi pendukung Jokowi. Tantangannya, jika Presiden Jokowi minta Muhaimin ikut pilihannya bersama Ganjar tanpa mendapat posisi cawapres.

"Atau sebaliknya, kata Pak Jokowi, 'Cak Imin anda jangan ke mana-mana, ikut saya, saya pilih Prabowo, tapi cawapresnya bukan anda', pilihan itu masih tergantung Pak Jokowi maunya apa," ujar Djayadi.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) itu menerangkan, untuk pilihan kedua, PKB memutuskan ikut Prabowo atau Ganjar. Namun, PKB perlu memilih di mana perannya bisa lebih besar antara di Prabowo atau Ganjar.

"Jawabannya mudah, lebih besar di Gerindra karena di Gerindra, Cak Imin separuh koalisi, separuh napas. Tanpa PKB, Gerindra jadi tidak lengkap. Karena itu, perannya lebih besar ada di Gerindra," kata Djayadi.

Untuk pilihan ketiga, Djayadi mengungkapkan, PKB masih memiliki potensi membuat koalisi baru, misal bersama Golkar. Sebab, ia menambahkan, jika ada tiga paslon, ada dua putaran, PKB bisa bernegosiasi di putaran dua.

"Siapapun pemenang di putaran pertama akan perlu NU, akan perlu PKB, perlu Jatim dan Jateng," ujar Djayadi.

 

Survei Elektabilitas Cawapres Menurut Indikator Politik Indonesia - (infografis Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler