AS: Rusia Harus Setop Gunakan Kesepakatan Biji-bijian untuk Pemerasan

AS mengatakan kelaparan tidak boleh dijadikan senjata.

AP Photo/Khalil Hamra
Awak kapal kargo Med Island, yang datang dari Ukraina dengan muatan gandum, mempersiapkan kapal untuk diperiksa oleh pejabat PBB, saat sedang berlabuh di Laut Marmara di Istanbul, Turki, pada 1 Oktober 2022. Kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative akan memprioritaskan negara-negara Afrika yang membutuhkan.
Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, PBB - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mendesak Rusia untuk tidak menggunakan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam sebagai sarana pemerasan.

Berbicara di hadapan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (3/8/2023), Blinken meminta semua anggota organisasi global itu untuk turut menekan Rusia.

"Setiap anggota PBB harus memberitahu Moskow untuk berhenti menggunakan (kesepakatan) Laut Hitam untuk lakukan pemerasan, berhenti memanfaatkan orang-orang yang paling rentan di dunia, dan sudahi perang yang tidak masuk akal ini," ujar Blinken

Dia mengatakan harga biji-bijian telah meningkat lebih dari 8 persen di seluruh dunia sejak Rusia menarik diri dari kesepakatan tersebut pada 17 Juli 2023, dan mengabaikan kepentingan dunia.

Rusia beralasan tuntutannya dalam perjanjian itu belum juga terlaksana, mengacu pada penghapusan hambatan ekspor pupuknya dan pengembalian akses untuk Bank Pertanian Rusia dalam sistem pembayaran internasional SWIFT.

Blinken mengatakan konflik adalah pendorong terbesar kerawanan pangan, dengan kekerasan dan kerusuhan yang mendorong 117 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem pada tahun lalu.

Dia juga mendesak negara-negara untuk mendukung komunike bersama baru, yang katanya sudah ditandatangani oleh hampir 90 negara, untuk mengakhiri penggunaan kelaparan dan pangan sebagai senjata perang.

“Kelaparan tidak boleh dijadikan senjata,” kata Blinken.

Koordinator Pencegahan dan Penanggulangan Kelaparan PBB Reena Ghelani mengatakan jumlah orang yang menderita kerawanan pangan akut mencapai rekor seperempat miliar tahun lalu.

''Ini adalah krisis buatan manusia yang telah memburuk selama bertahun-tahun. Kita sekarang berada di titik kritis,'' ujar dia.

Kesepakatan Biji-Bijian Laut Hitam ditandatangani di Istanbul pada Juli 2022 oleh Rusia, Ukraina, PBB, dan Turki untuk menciptakan jalur aman pengiriman biji-bijian dari tiga pelabuhan Ukraina yang terletak di Laut Hitam.

Perjanjian itu telah membantu mengendalikan harga yang melonjak dan meredakan krisis pangan global dengan memulihkan pasokan gandum, minyak bunga matahari, pupuk, dan produk lainnya dari Ukraina--salah satu pengekspor biji-bijian terbesar di dunia.

Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler