Bukan Pekerjaan, Ada tidaknya Cuti Melahirkan Berpengaruh pada Pemberian ASI

Ibu yang cuti melahirkan mendapat pravelansi ASI eksklusif sebesar 91 persen.

dok. Freepik
Ilustrasi Ibu Menyusui. Kebijakan cuti melahirkan memberikan dampak positif kepada ibu menyusui
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satuan Tugas (SATGAS) ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr Naomi Esthernita mengatakan, kebijakan cuti melahirkan memberikan dampak positif kepada ibu menyusui khususnya soal inisiasi menyusui. Naomi juga menilai cuti melahirkan memberikan kesempatan ibu untuk bisa menyusui bayinya selama enam bulan.

Baca Juga


“Ibu yang kembali bekerja terlalu dini setelah melahirkan menunjukkan efek yang merugikan, dia lebih cepat berhenti menyusuinya tidak sampai eksklusif enam bulan dan durasinya lebih pendek dibanding ibu-ibu bekerja yang diberikan cuti melahirkan,” ujar Naomi saat diskusi dalam rangka Pekan Menyusui Sedunia 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (7/8/2023).

Dokter yang mendapat gelar spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengatakan, World Health Organization (WHO) merekomendasikan cuti melahirkan minimal 18 minggu atau idealnya enam bulan. Kebijakan itu untuk memastikan perempuan dapat menyusui selama yang mereka inginkan.

Namun, data dari International Labour Organization (ILO) hanya 12 persen negara saja yang memberikan cuti melahirkan 18 minggu, setengah dari target ILO 2030 sebesar 25 persen.

Naomi juga mengatakan wanita yang mendapat cuti melahirkan setidaknya selama tiga bulan, mendapat pravelansi ASI eksklusif sebesar 91 persen lebih tinggi dibandingkan dengan ibu bekerja tanpa cuti melahirkan. Sedangkan yang mendapat cuti enam bulan setidaknya 30 persen lebih mungkin mempertahankan menyusui sampai enam bulan pertama.

“Jadi, sebenarnya bukan masalah pekerjaannya yang menghambat terjadinya ASI eksklusif. Tapi, ada atau tidaknya cuti yang lebih berpengaruh dari kelangsungan pemberian ASI,” kata Naomi.

Selain memberikan ASI eksklusif kepada bayi, cuti melahirkan juga memberi manfaat pada ibu yaitu sebagai perbaikan kesehatan fisik dan mental pada periode post-partum (setelah melahirkan), menurunkan depresi dan mendukung perkembangan anak yang optimal pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Sementara pada bayi, cuti melahirkan bisa berdampak pada kesehatan anak akan lebih baik karena ASI dapat menjaga imun serta tidak akan terlewat jadwal imunisasi. Pemberi kerja juga disebut Naomi mendapat keuntungan karena jika bayi sehat, ibu yang bekerja tidak akan sering izin dan menjadi lebih loyal kepada perusahaan.

Sampai saat ini, Indonesia masih mengikuti regulasi cuti melahirkan berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 yang memberikan tiga bulan cuti melahirkan. Namun, dalam perkembangan soal cuti melahirkan, RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) menyarankan cuti melahirkan diperpanjang sampai enam bulan dan cuti untuk suami yang mendampingi istri melahirkan juga diberikan lebih banyak, dari dua hari menjadi 40 hari.

 

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler