Dua Kapal Perang AS Bawa 3.000 Personel Hadapi Iran di Selat Hormuz

Mereka memasuki Laut Merah pada Ahad setelah transit melalui Terusan Suez.

Morteza Akhoondi/Tasnim News Agency via AP
Kapal Garda Revolusi Iran mengelilingi kapal tanker minyak berbendera Inggris Stena Impero, Ahad, 21 Juli 2019 di Bandar Abbas, setelah kapal itu ditangkap di Selat Hormuz.
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI – Lebih dari 3.000 personel militer AS telah tiba di Laut Merah, diangkut dua kapal perang. Kedatangan mereka bagian dari meningkatnya pengerahan kekuatan AS merespons serangkaian penahanan kapal tanker komersial oleh Iran di Selat Hormuz.

Baca Juga


Mereka memasuki Laut Merah pada Ahad setelah transit melalui Terusan Suez. Militer AS menyatakan, Iran menahan atau berusaha mengambil alih lebih dari 20 kapal berbendera internasional di perairan Selat Hormuz dalam kurun dua tahun ke belakang.

AS berusaha mengamankan perairan yang dilewati kapal komersial. ‘’Mereka tiba dengan kapal perang USS Bataan dan USS Carter Hall, yang menyediakan fleksibilitas dan kemampuan maritim lebih besar,’’ jelas US Navy’s Fifth Fleet dilansir laman Al Arabiya, Senin (7/8/2023). 

USS Bataan merupakan kapal serang amfibi yang mampu membawa pesawat dengan sayap tetap dan berputar. Sedangkan USS Carter Hall, merupkan kapal dok pendaratan, mengangkut para marinir, perlengkapan mereka, dan mendaratkan mereka. 

‘’Dua unit kapal ini menambah kemampuan dan fleksibilitas kami dalam bekerja, untuk mengatasi dan meredam ketegangan di kawasan yang diakibatkan perlakuan dan penahanan kapal-kapal dagang oleh Iran,’’ kata juru bicara  Fifth Fleet Tim Hawkins. 

Pengerahan dua kapal perang dengan 3.000 lebih personel itu berlangsung setelah Washington menyatakan pasukannya mengeblok dua upaya Iran menahan tanker komersial di perairan Oman pada 5 Juli silam. 

Kantor berita Iran, IRNA menyatakan, salah satu kapal tanker itu, Richmond Voyager yang berbendera Bahama, bertabrakan dengan kapal Iran. Kejadian ini menyebabkan lima kru kapal mengalami luka serius. 

Pada April dan awal Mei, Iran menahan dua kapal tanker dalam sepekan, setelah Israel dan AS menyalahkan Iran pada November lalu. Mereka meyakini Iran melakukan serangan drone terhadap tanker milik perusahaan Israel yang mengangkut minyak. 

Iran juga terus membekali angkatan laut Garda Revolusi dengan beragam senjata. Langkah ini ditempuh untuk merespons kehadiran militer AS di Selat Hormuz yang menjadi lalu lintas kapal-kapal pembawa minyak dan gas cair dunia. 

Kantor berita Iran, IRNA melaporkan bekal senjata untuk  Garda Revolusi yang beroperasi di Selat Hormuz termasuk beragam tipe drone dan beberapa ratus rudal balistik dan jelajah dengan jangkauan jarak dari 300 km hingga 1.000 km. 

Komandan AL Garda Revolusi Alireza Tangsiri menyatakan rudal-rudal baru ini punya presisi lebih baik seperti rudal jarak jauh. ‘’Rudal penjelajah ini mampu menyerang sasaran secara simultan dan perintah bisa diubah setelah rudal mengudara,’’ katanya, Sabtu (5/8/2023).

Pada Rabu lalu, Garda Revolusi melakukan latihan militer mengejutkan, sebab mereka menggelarnya di pulau-pulau sengketa. Sejumlah unit dikerahkan dalam latihan ini di antaranya kapal cepat berukuran kecil, paratroopers, dan unit rudal. 

Keputusan melengkapi persenjataan AL Garda Revolusi, ditempuh setelah militer AS menawarkan pengawalan bersenjata di kapal-kapal komersial yang melintasi Selat Hormuz. Untuk kepentingan itu, militer AS melatih personel yang ada di Timur Tengah. 

Selat Hormuz memiliki panjang 39 km, jalur penting transportasi minyak dunia, membentuk jalur sempit yang menghubungkan Teluk Persia dan Teluk Oman. Ini satu-satunya rute ke laut bebas bagi lalu lintas seperenam minyak dan dua pertiga gas cair dunia.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler