Senang Gonta-Ganti Julukan, Ini Niat Terselubung Valentino Rossi di Balapan MotoGP

Tak lulus SMA, Rossi meraih gelar doktor kehormatan dari Universitas Urbino, Italia.

EPA-EFE/JOSE SENA GOULAO
Legenda MotoGP asal Italia, Valentino Rossi, saat masih membela tim Yamaha pada 2021.
Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak ada yang meragukan jika legenda MotoGP Valentino Rossi yang pensiun dari balapan motor bergengsi sedunia pada 2021 itu adalah sosok unik. Sebut saja kegemarannya dalam menjuluki dirinya sendiri.

Dalam perjalanan balapnya, Rossi kerap berganti julukan dan melakukan hal-hal yang menarik perhatian dan menghibur. Pria Italia itu beralasan bahwa semuanya dilakukan dengan niat bersenang-senang dan melakukan sesuatu yang lucu.

Julukan awal Rossi adalah 'Rossifumi'. Julukan ini diciptakan oleh temannya, saat Rossi membalap di kelas 125cc. Julukan ini tercipta karena Rossi kagum dengan pembalap Jepang yang khas dengan rambut panjangnya, Norick Abe, yang saat itu berumur 17 tahun dan dengan gigih bertarung dengan juara dunia, Michael Doohan dan Kevin Scwantz, di kelas 500cc. Lantaran nama asli pembalap Jepang itu Norifumi Abe, maka Rossi dijuluki Rossifumi.

Tahun 2004 Rossi dan Abe sama-sama membela Yamaha berada dalam beda tim namun satu grafis, yaitu dominasi warna biru. Rossi berada di tim Gauloises Fortuna Yamaha Team sedangkan Abe bernaung di Fortuna Gauloises Tech 3 Yamaha Team.

Selanjutnya, julukan Rossi adalah Valentinik. Julukan ini berasal dari tokoh kartun Daffy Duck yang menjadi superhero. Ia kala itu ingin menjadi superhero. Ia senang melakukannya. Rossi memang senang suasana yang nyaman termasuk liburan yang menyenangkan. ''Saya penggemar snowboarding. Saya ke gunung bersama kawan-kawan dan bermain snowboarding. Menyenangkan. Usai, liburan saya siap untuk mulai bekerja kembali,'' ujar Rossi kala itu seperti dikutip dari buku "Rahasia Sukses Valentino Rossi" oleh Endro Yuwanto.

Lantas kenapa kini ia dijuluki 'The Doctor'? Jawabannya, setelah Rossi naik ke kelas 500cc pada musim 2000, Rossi merasa bahwa melakukan balapan di kelas 500cc butuh keseriusan dan ia merasa dirinya bukan anak kecil lagi.

Selain itu, Rossi juga menyukai ide sebagai illmuwan gila dan melakukan eksperimen edan. Ia menganggap pantas memakai julukan itu setelah mendapatkan prestasi sebagai juara dunia. ''Di balap 500cc kita tidak butuh superhero. Yang kita perlukan cuma tenang, kalem, dan pemikir seperti dokter,” ucapnya.

'The Doctor' alias si ilmuwan itu akhirnya benar-benar membuat sebuah eksperimen yang sangat gila dengan pindah ke Yamaha. Pada akhir musim 2003 menjelang musim 2004, Rossi membuat keputusan yang sangat mengejutkan dunia MotoGP.

Baca Juga


Rossi memutuskan untuk hijrah dari tim yang dibelanya, yaitu Repsol Honda Team dengan motornya Honda HRC yang telah mengantarkan dirinya meraih juara dunia di musim 2002 dan 2003 serta membawa Michael Doohan merebut juara dunia musim 1994, 1995, 1996, 1997 dan 1998. Juga Alex Criville menjadi juara musim 1999.

Rossi memutuskan untuk meninggalkan tim yang superior tersebut. Rossi enggan dianggap juara karena faktor motor dan mesin saja.  Dan Rossi pun memutuskan untuk bergabung bersama tim Yamaha yang terakhir mengantarkan Wayne Rainey, pembalapnya juara dunia pada musim 1992 silam.

Rossi pindah ke tim Yamaha dengan memboyong Jerremy Burgess, kepala mekaniknya di tim Honda yang dulu juga menangani Doohan dan Criville. Mereka melakukan serangkaian tes. Membenahi teknologi motor Yamaha YZR M1 milik Rossi agar mampu menyamai kekuatan Motor Honda HRC yang super.

Mengenai kepindahannya ini, banyak yang tak mengira dan pesimistis Rossi akan mampu mempertahankan gelar juaranya. Salah satu pernyataan pesimistis datang dari musuh bebuyutan Rossi, Max Biaggi. Biaggi mengatakan bahwa ia sama sekali tak menyangka Rossi akan pindah ke Yamaha, bagaimanapun juga akan sangat sulit mengalahkan Honda.

Memang dibutuhkan waktu untuk tampil kompetitif dengan motor barunya. Semua orang pesimistis, tapi Rossi mampu mematahkan semua pandangan itu bahkan pada seri perdana musim kempetisi 2004 di GP Welcom Afrika Selatan, Rossi mengalahkan Max Biaggi yang menunggangi motor Honda. Meskipun dengan perlawanan yang ketat, dengan menggunakan motor Yamaha yang terakhir juara di musim 1992.

Bahkan pada musim 2004 dan 2005 Rossi bisa menjadi juara dunia bersama Yamaha. Dia menjadi pembalap pertama yang paling banyak meraih kemenangan dalam satu musim dengan membubuhkan 9 kali kemenangan pada musim 2005.

'The Doctor' memang pantas disematkan kepada seorang Rossi. Dia memang seorang ilmuwan gila yang melakukan sebuah eksperimen edan. Dengan eksperimen inilah yang mengantarkannya mendapat gelar doktor kehormatan dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Urbino, Italia. Ini pencapaian yang ditorehkan oleh seorang Rossi yang tidak memiliki gelar akademis apapun. Bahkan Rossi tidak menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA)-nya. Tapi dia diberi gelar 'Doctor'.

Gelar tersebut memang pantas diberikan kepada seorang Rossi. Eksperimen yang dia lakukan bukanlah sebuah eksperimen yang sepele. Eksperimen dengan melawan logika, pindah dari sebuah tim super yang begitu mendominasi MotoGP dengan menjadi juara di enam musim beruntun. Itulah bukti kekuatan Honda. Dengan tetap berada di tim Honda bisa dipastikan Rossi bakal dengan mudah menyamai pembalap terdahulunya Mick Doohan. Tapi Rossi malah memutuskan untuk memilih Yamaha sebagai pelabuhan barunya yang terakhir berprestasi musim 1992.

Dalam dunia balap ini, pabrikan Honda adalah 'Raja Motor' karena mesinnya yang sangat kompetitif. Sedangkan Yamaha hampir selalu kedodoran karena mesin yang tidak kompetitif. Fakta itulah yang membuat Rossi mendapatkan gelar kehormatan. Rossi juga memiliki prinsip hidup yang luar biasa bahwa orang yang takut mencoba akan jauh dari kesuksesan. Karena, menurut Rossi, seorang pembalap harus berani mencoba sesuatu yang baru dan menantang.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler