Peran Teknologi Bantu Bagi Lansia 

Teknologi bantu dapat membantu banyak orang dengan cara yang berbeda.

Pixabay
Lansia/Ilustrasi
Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Kurniawan Dwi Irianto (Pengajar di Jurusan Informatika Universitas Islam Indonesia) 


Apakah Anda tahu bahwa jumlah orang lanjut usia (lansia) di seluruh dunia terus meningkat setiap hari? World Health Organization (WHO) mencatat bahwa jumlah lansia di dunia pada tahun 2022 adalah sekitar 1 miliar. Jumlah ini diprediksi akan terus meningkat dua kali lipat lebih banyak lagi pada tahun 2050, yaitu mencapai kurang lebih 2,1 miliar orang. 

Peningkatan jumlah lansia ini sudah menjadi tren dan telah terjadi di berbagai negara, baik itu negara-negara maju maupun negara-negara berkembang. Salah satunya adalah negara Indonesia. Sebagaimana yang dikutip dari halaman situs Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat bahwa jumlah lansia di Indonesia berjumlah sekitar 22,6 juta jiwa di tahun 2016 dan meningkat menjadi 31 juta jiwa pada tahun 2022.

Karena faktor usia, lansia cenderung lebih mudah mengalami gangguan kesehatan, baik itu kesehatan fisik maupun mental. Beberapa gangguan fisik yang dialami oleh lansia antara lain adalah penurunan fungsi panca indera tertentu (contohnya: penglihatan dan pendengaran), fungsi otot, tulang dan organ dalam tubuh. 

Bahkan, lansia lebih mudah terserang penyakit-penyakit kronis. Dengan demikian, lansia akan lebih susah dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari. Namun, dengan perkembangan teknologi saat ini, terdapat teknologi bantu (assistive technology) yang dapat membantu lansia dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari.  

Sebagaimana yang dikutip dari halaman agespace.org, teknologi bantu adalah perangkat atau alat apa pun yang membantu menjembatani kekurangan seseorang agar dapat menjalani kehidupan yang mandiri dan sesuai dengan yang mereka inginkan. 

Teknologi bantu dapat membantu banyak orang dengan cara yang berbeda. Tetapi untuk orang lanjut usia, tujuan utamanya adalah untuk mengurangi ketergantungan pada orang lain dan sistem perawatan serta membantu mereka untuk tinggal di rumah lebih lama.

Teknologi bantu mengacu pada berbagai macam perangkat dan sistem yang dirancang untuk membantu individu dengan gangguan fisik, kognitif, sensorik, atau komunikasi. Dalam konteks populasi para lansia, solusi inovatif ini memiliki potensi untuk mengembangkan kemandirian, meningkatkan hubungan sosial, dan mengurangi tantangan terkait dengan penuaan usia bagi lansia. 

Salah satu tujuan utama teknologi bantu untuk lansia adalah untuk meningkatkan kemandirian. Emily M Agree dalam artikelnya yang berjudul The Potential for Technology to Enhance Independence for Those Aging With a Disability (2013) mengatakan bahwa penurunan mobilitas dan ketangkasan karena usia dapat membatasi kemampuan lansia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Perangkat bantu, seperti alat bantu mobilitas (misalnya kursi roda, sepeda listrik, motor skuter listrik, dan lain-lain) dan sistem otomasi rumah, dapat memberdayakan para lansia untuk mengelola rumah mereka serta melakukan tugas mereka dengan percaya diri. 

Teknologi rumah pintar (smart home) yang diterapkan khusus untuk lansia dapat mengotomatiskan pencahayaan lampu, mengendalikan suhu ruangan, dan menjaga keamanan rumah mereka. Sehingga, hal ini dapat mengurangi kebutuhan akan aktivitas fisik dan potensi bahaya keselamatan bagi lansia. Alat bantu mobilitas seperti motor skuter listrik atau sepeda listrik memungkinkan lansia untuk mempertahankan gaya hidup aktif mereka dan juga berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat. 

Di samping itu, penurunan kognitif juga menjadi masalah umum di antara para lansia. Contohnya adalah mempengaruhi memori ingatan, perhatian, dan kemampuan pengambilan keputusan.

Teknologi bantu untuk lansia dapat mengurangi permasalah ini melalui alat bantu memori, sistem pengingat, dan aplikasi pelatihan kognitif. Jadwal kegiatan yang dimasukan ke kalender, pengingat meminum obat, dan asisten yang diaktifkan dengan suara melalu sebuah aplikasi di smartphone dapat membantu lansia mengatur jadwal kegiatan, pengobatan, dan rutinitas sehari-hari.

Beberapa aplikasi gim (game) dalam pelatihan kognitif juga dapat memberikan stimulasi dan latihan mental bagi lansia. Hal tersebut juga dapat berpotensi untuk memperlambat penurunan kognitif dan meningkatkan fungsi kognitif secara keseluruhan. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga berkontribusi pada rasa kepercayaan diri mereka. 

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, perpaduan teknologi bantuan untuk lansia dapat membuat perjalanan mereka menuju penuaan dengan mandiri dan penuh percaya diri. Perpaduan teknologi tersebut memberdayakan lansia dengan meningkatkan kemandirian dan kemampuan kognitif mereka. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler