Korban Dugaan Plagiasi Rektor UIN Walisongo Klarifikasi, Begini Penjelasannya

Korban dugaan plagiasi Rektor UIN Walisongo merasa dirugikan

Dok. Humas UIn Walisongo
Ilustrasi suasana kampus Universitas islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Korban dugaan plagiasi karya ilmiah yang dilakukan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Prof Imam Taufiq angkat bicara. Sebagi korban plagiasi, Muh Arif Royyani membantah disebut sebagai peneliti pembantu dalam penelitian kolaborasi Prof Imam Taufiq selaku Rektor UIN Walisongo.

Baca Juga


Bahkan, Arif Royyani mengaku tidak pernah dimintai konfirmasi atau klarifikasi terkait dugaan plagiasi tersebut, baik oleh tim Senat Akademik UIN Walisongo maupun oleh tim verifikasi yang dibentuk oleh rektorat.

“Saya tidak pernah dimintai keterangan apapun terkait dengan dugaan plagiasi ini,” ujar Arif saat dihubungi, Jumat (11/8/2023).

Terkait kasus ini, Arif Royyani juga sudah mengirim surat klarifikasi kepada Direktur Sumber Daya Dirjen Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek).

Seperti diketahui, sebelumnya Rektor UIN Walisongo Prof Imam Taufiq menulis penelitian berjudul "Konsep Hilal dalam Perspektif Tafsir Al-Qur'an dan Astronomi Modern (Integrasi dalam Konteks Keindonesiaan) Memadukan Konsep Hilal dalam Tafsir Al-Qur'an dan Astronomi Modem”. 

Namun, dalam penelitiannya tersebut Prof Imam Taufiq diduga melakukan plagiasi terhadap tesis berjudul "Memadukan Konsep Hilal dalam Tafsir Al-Qur'an dan Astronomi Modern" karya Muh Arif Royani.

Terkait dugaan tersebut, pihak rektorat UIN Walisongo kemudian membentuk Tim Verifikasi dugaan plagiat tersebut. Selanjutnya, tim itu melaporkan hasil penelaahan terhadap dugaan plagiarisme oleh Prof Imam Taufiq, yang diterbitkan dengan nomor 5436/Un.10.0/R.2/PP.00.9/12/2022.

Salah satu hasilnya disebutkan bahwa Muh Arif Royyani adalah peneliti pembantu (research assistant) dalam penelitian kolaborasi Imam Taufiq. Namun, kini Arif Royyani telah buka suara bahwa dirinya tidak pernah menjadi peneliti pembantu (research assistant) dalam penelitian tersebut.

Baca juga: Ketika Berada di Bumi, Apakah Hawa Sudah Berhijab? Ini Penjelasan Pakar

Dalam laporan itu juga disebutkan sejumlah nama tim verifikasi, seperti Prof Moh Erfan Soebahar, Prof Hasyim Muhammad, Prof  Syamsul Ma’arif, Prof Ilyas Supena, dan Dr Andi Fadlan. Namun, Prof Syamsul dan Prof Hasyim mengaku tidak tahu-menahu soal surat penunjukan mereka sebagai anggota tim verifikasi.

Sementara itu, sebagai ketua tim verifikasi, Prof Erfan megungkapkan bahwa Prof Imam Taufiq sebenarnya merupakan seorang akademisi yang baik. “Beliau seorang akademis yang baik, yang saya kira tahu sopan santun dalam dunia tulis. Keahliannya dalam ilmu-ilmu Alquran yang juga kiai di pondok pesantren Besongo yang dibinanya, akan membackupnya insya Allah dari hal-hal yang kurang pantas diisukannya itu,” ujar Prof Erfan saat dihubungi, Jumat (11/8/2023).

Prof Erfan berharap duagaan plagiasi tersebut tidak benar. Namun, dia juga yakin sebagai manusia biasa Prof Imam Taufiq pasti memiliki kekurangan. “Semoga dugaannya itu tidak benar dan hanya cukup menjadi isu di alam demokrasi yang bisa saja dialami oleh seorang pejabat, yang saat ini kepemimpinannya cukup maju. Tentu, sebagai manusia saya yakin beliau punya kekurangan,” kata Prof Erfan.

Terkait masalah ini, Prof Imam Taufiq sendiri belum merespons. Sejak Jumat pagi (11/8/2023) pagi, Republika.co.id sudah mencoba untuk menghubungi Prof Imam lewat aplikasi WhatsApp dan sudah tersampaikan atau centang dua. Namun, Prof Imam sampai saat ini belum menjawab pertanyaan yang diajukan.      

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler