MK akan Tetap Terima Permohonan Gugatan Pilkada Meski Tenggat Berakhir, Ini Alasannya

"Kami tidak boleh menolak perkara," kata Suhartoyo.

Republika/Thoudy Badai
Pemohon membawa berkas gugatan saat akan mendaftarkan gugatan hasil Pilkada 2024 di gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin (9/12/2024). Mahkamah Konstitusi pada hari ini, Senin (9/12) telah menerima 152 gugatan PHP (Peselisihan Hasil Pilkada) 2024 yang terdiri dari 119 gugagatan PHP Bupati dan 33 gugatan PHP Wali Kota, sementara untuk gugatan PHP Gubernur, hingga saat ini pukul 12.26 WIB belum terdapat permohonan gugatan. MK membuka permohonan gugatan hasil Pilkada 2024 sejak 27 November hingga 18 Desember mendatang dengan batas waktu pengajuan selama 3x24 jam sejak KPU di daerah masing-masing menetapkan hasil Pilkada 2024.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Suhartoyo mengatakan bahwa Mahkamah tetap akan menerima permohonan gugatan hasil pemilihan kepala daerah (pilkada) meski permohonan itu didaftarkan lewat dari batas waktu yang ditentukan. MK beralasan tidak bisa menolak permohonan perkara.

Baca Juga


"Kami tidak boleh menolak perkara," kata Suhartoyo saat ditemui di Gedung I MK, Jakarta, Kamis (12/12/2024) malam.

Berdasarkan Pasal 7 ayat (2) Peraturan MK Nomor 3 Tahun 2024, permohonan sengketa pilkada diajukan paling lambat 3 hari kerja terhitung sejak KPU setempat menetapkan perolehan suara hasil pemilihan. Suhartoyo menjelaskan bahwa MK tetap akan menerima permohonan yang didaftarkan lewat dari batas waktu tersebut karena pada dasarnya lembaga penjaga konstitusi itu tidak boleh menolak perkara.

"Prinsipnya 'kan pengadilan tidak boleh menolak perkara. Nanti tetap kami proses. Nanti akan dipertimbangkan oleh hakim apakah permohonan memenuhi syarat formal atau tidak," sambung dia.

Ia mengatakan bahwa hakim konstitusi nantinya akan menentukan gugur atau tidaknya perkara tersebut setelah melalui tindakan yudisial. Dalam hal ini, hakim akan mempertimbangkan kondisi-kondisi tertentu.

"Kejadian khusus bisa kemudian disimpangi berkaitan dengan syarat formal itu. Jadi, kejadian khusus bisa mengesampingkan syarat-syarat formal, tetapi tetap case by case (kasus per kasus), ya, tidak semuanya seperti itu," terang Suhartoyo.

Ketua MK pun menyebut Mahkamah pernah menerima dan tetap mengadili perkara sengketa pilkada yang didaftarkan melebihi batas waktu.

"Ada beberapa, ya. Bahkan, ada yang dikabulkan," ujarnya.

Dilihat dari laman web MK, total gugatan sengketa Pilkada 2024 yang didaftarkan hingga pukul 21.00 WIB mencapai 278 permohonan. Jumlah itu terdiri atas 15 permohonan sengketa hasil pemilihan gubernur, 216 permohonan menyoal hasil pemilihan bupati, dan 47 permohonan lainnya terkait dengan pemilihan wali kota.

Merujuk Peraturan MK Nomor 4 Tahun 2024, batas akhir pendaftaran sengketa pilkada tahun ini pada tanggal 18 Desember 2024. Hal ini mengingat hari terakhir penetapan perolehan suara oleh KPU pada tanggal 16 Desember 2024.

Sementara itu, Juru Bicara MK Enny Nurbaningsih mengatakan bahwa Mahkamah akan segera meregistrasi perkara yang telah didaftarkan ke dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi Elektronik (e-BRPK). Setelah itu, kata dia, Mahkamah akan menentukan pembagian hakim panel.

Diketahui bahwa sidang pemeriksaan sengketa pilkada digelar dengan metode sidang panel yang masing-masing panelnya terdiri atas tiga hakim konstitusi. "Semua perkara PHPU (sengketa pilkada, red.) akan segera di-BRPK. Kami akan segera menentukan pembagian per panel, dan sidang akan dimulai awal Januari 2025," kata Enny saat dihubungi terpisah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler