Kementerian Keuangan Dukung Pengembangan Kopi Liberika Sambas

Permintaan kopi liberika Sambas semakin meningkat, tapi pasokannya terbatas.

JESSICA HELENA WUYSANG/ANTARA
Seorang barista kedai kopi Liber.Co membuat racikan minuman kopi di Mini Industri Kampus Politeknik Negeri Sambas di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Rabu (7/4/2021) (ilustrasi).
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan Perwakilan Kalimantan Barat memberikan perhatian pada pengembangan kopi liberika Sambas yang sudah menjadi bagian identitas kopi daerah itu. 

Baca Juga


"Kami ikut memberikan perhatian pada kopi liberika Sambas karena ini juga sudah sejalan dengan konsentrasi Gubernur Kalbar dan  masuk dalam tema Saprahan Bank Indonesia selain kain tenun Sambas," ujar Kepala Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan Perwakilan Kalbar Kukuh Sumardono Basuki saat bincang kopi di Pontianak. 

Ia menjelaskan, saat ini permintaan pasar terhadap kopi liberika Sambas semakin meningkat tapi pasokan bahan baku masih terbatas. "Untuk itulah melalui fasilitasi ini berupa bincang kopi sangat strategis agar industri dari hulu dan hilir sejalan. Bagaimana hulu produktivitas, kualitas dan berkelanjutan, " kata dia. 

Kukuh mendorong UMKM terus bergerak bersama dengan hal itu bisa memberikan peran dan dampak besar pagi pelaku usaha itu sendiri serta daerah. Penting lagi agar pelaku usaha bukan hanya mengejar keuntungan tapi berbakti.

Kepala Desa Sendoyan, Juliansyah, mengatakan Desa Sendoyan secara histori pernah menjadi satu di antara sentra kopi di Kabupaten Sambas. Aktivitas budidaya kopi sejak 1979 di Desa Sendoyan sempat menjadi primadona petani dan sumber pendapatan utama.  Hal itu didukung oleh tingkat kesuburan tanah yang cocok untuk jenis tanaman kopi jenis liberika.

"Kopi liberika tumbuh baik di dataran rendah dan ada unsur tanah gambutnya seperti di Dusun Batu Layar, Desa Sendoyan, "kata dia. 

Menurut Juliansyah, secara kualitas dan rasa kopi jenis liberika di Batu Layar setelah melakukan berbagai uji coba, sudah bisa diterima di warung kopi hingga coffeeshop. Hanya saja masih ada beberapa tantangan terutama agar budi daya lebih maksimal dan pascapanen berupa pengelolaan agar tetap stabil serta kualitas lebih baik lagi.

"Dengan sejumlah tantangan tersebut, perlu dukungan semua pihak agar bisa membantu untuk mencarikan solusi. Petani semakin semangat melakukan pengembangan mulai dari sisi hulu hingga hilirnya," kata Juliansyah.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler