Daftar Ketua Umum MUI dari Masa ke Masa

MUI sekarang memiliki ketua umum yang baru.

MUI sekarang memiliki ketua umum yang baru. Foto: Logo MUI
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah wadah musyawarah para ulama, zuama, dan cendekiawan muslim di Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia. MUI didirikan pada 7 Rajab 1395 Hijriah, bertepatan pada 26 Juli 1975 di Jakarta.

Baca Juga


Dalam perjalanannya, 48 tahun, MUI telah beberapa kali melakukan musyawarah nasional, dan melakukan pergantian Ketua Umum. Saat pertama didirikan, MUI dinahkodai oleh Buya Hamka yang lahir dengan nama lengkap Abdul Malik Karim Amrullah.

Berikut Daftar Ketua MUI dair Masa ke Masa:

1. Prof Dr Hamka (1977-1981)

Nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Putra pertama dari pasangan Dr Abdul Karim Amrullah dan Shaffiah ini lahir pada 17 Februari 1908 di Maninjau, Sumatra Barat. Tidak satu pun pendidikan formal ditamatkannya. Banyak membaca menjadi modalnya, tak lupa belajar langsung dengan tokoh dan ulama, baik di Sumatra Barat, Jawa, bahkan sampai ke Makkah.

Dikenal sebagai seorang ulama, Prof Hamka juga dikenal seorang penulis, budayawan, dan politikus terkemuka dari Indonesia. Pada 1975, Prof Hamka diminta untuk menjadi Ketua Umum MUI yang pertama.

Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar dan Universitas Prof Moestopo Beragama ini wafat pada Jum’at, 24 Juli 1981. Selama hidupnya, almarhum memiliki kontribusi yang signifikan dalam bidang pendidikan, tulisan, dan pengembangan pemikiran Islam di Indonesia.

Prof Hamka juga dikenal sebagai penulis novel terkenal seperti "Di Bawah Lindungan Ka'bah" dan "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck", yang menggambarkan kehidupan dan nilai-nilai masyarakat Minangkabau pada masa itu.

2. KH Syukri Ghozali (1981-1983)

KH Syukri Ghozali adalah seorang ulama yang menjadi Ketua Umum MUI kedua menggantikan Buya Hamka. Tokoh NU yang sangat alim dan sederhana itu lahir di Salatiga, Jawa Tengah, pada 6 Desember 1906.

Kiai Syukri memimpin MUI sejak 1981 hingga 1984. Ia dikukuhkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MUI pada 1982. Jadi, hanya dua tahun Kiai Syukri memimpin MUI, kemudian ia digantikan KH Hasan Basri. Pakar ushul fikih ini wafat pada 20 September 1984 di rumahnya, Tebet, Jakarta Selatan, akibat serangan jantung.

3. KH Hasan Basri (1985-1998)

KH Hasan Basri adalah Ketua Umum MUI yang menjabat pada periode 1984-1998. Ia lahir pada 20 Agustus 1920 di Muara Teweh, Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. Putra pasangan Muhammad Darun dan Siti Fatimah binti Haji Abdullah ini juga dikenal sebagai tokoh ulama Muhamamdiyah.

Kiai Hasan Basri terpilih sebagai Ketua Umum MUI selama tiga periode. Ia menjadi Ketua Umum MUI pada Munas MUI Ketiga untuk periode 1985-1990. Kemudian, terpilih lagi menjadi Ketua Umum MUI Pusat pada Munas keempat periode 1990-1995. Dan terpilih lagi menjadi Ketua Umum pada Munas kelima periode 1995-2000. Kiai Hasan Basri memimpin MUI hingga wafat pada 8 November 1998.

4. Prof KH Ali Yafie (1998-2000)

Prof KH Ali Yafie adalah seorang ulama NU yang dipercaya sebagai Ketua Umum MUI, menggantikan KH Hasan Basri. Ia juga dikenal sebagai seorang ulama yang juga aktif menulis serta menelurkan buku-buku keislaman, khususnya di bidang fikih.

Kiai Ali Yafie lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, pada 1 September 1926 atau 23 Safar 1345. Selian menjadi Ketua Umum MUI, ia juga pernah menjadi Rektor Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta pada periode 2002-2005. Kiai Ali Yafie menghembuskan nafas terakhirnya di RS Premier Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, pada 25 Februari 2023 lalu.

5. KH M Sahal Mahfudz (2000-2014)

KH M Sahal Mahfudz adalah seorang ulama NU yang dipercaya sebagai Ketum MUI selanjutnya, menggantikan Kiai Ali Yafie. Ia menahkodai MUI untuk masa bakti 2000-2014. Sebagai pemimpin pesantren, Kiai Sahal dikenal sebagai pendobrak pemikiran tradisional di kalangan NU yang mayoritas berasal dari kalangan akar rumput.

Kiai Sahal lahir pada tanggal 17 Desember 1937, di Desa Kajen, Margoyoso Pati. Dalam perjalanan hidupnya, Kiai Sahal juga mengasuh Pesantren Maslakul Huda Putra sejak 1963. Pesantren di Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah ini didirikan oleh ayahnya, KH Mahfudz Salam pada 1910.

Kiai Sahal wafat pada hari Jumat, 24 Januari 2014, dini hari, pukul 01.05 WIB di kediamannya, komplek Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen, Pati, Jawa Tengah dalam usia 78 tahun.

 

6. Prof Dr HM Din Syamsuddin (2014-2015)

Prof Dr HM Din Syamsuddin atau Pak Din, lahir di Sumbawa, NTB, 31 Agustus 1958. Ia pernah menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah selama 10 tahun, serta aktif di dunia internasional, seperti di Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), World Islamic People's Leadership (WIPL), World Council of World Islamic Call Society (WCWICS), Asian Committee on Religions for Peace (ACRP), World Peace Forum (WPF).

Pada 2014, Prof Din Syamsuddin kemudian dipercaya sebagai Ketum MUI Pusat menggantikan KH Sahal Mahfudz karena meninggal dunia. Pada periode berikutnya, Pak Din diberi amanat menjadi Ketua Dewan Pertimbangan MUI 2015-2020.

7. Prof Dr KH Ma’ruf Amin (2015-2020)

Prof Dr KH Ma’ruf Amin adalah tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang kemudian dipercaya sebagai Ketua Umum MUI periode 2015-2020. Ia menggantikan Prof Din Syamsuddin yang masa jabatannya sudah berakhir.

Kiai Ma'ruf Amin lahir di Desa Kresek di wilayah Tangerang, Banten pada 11 Maret 1943. Dari silsilah keluarga KH Ma’ruf Amin merupakan keturunan dari ulama besar asal Banten yang pernah menjadi imam Masjidil Haram Makkah, Syekh Nawawi Al Bantani.

KH. Ma'ruf Amin mendirikan dan mengasuh Pesantren An Nawawi Tanara (PENATA) di Serang, Banten pada 2001. Iamenginginkan pesantren ini bisa menjadi tempat untuk melahirkan ulama, khususnya para ahli fikih. Tidak hanya aktif di pesantren dan organisasi NU, Kiai Ma’ruf juga aktif dalam dunia politik.

Pada Pilpres 2019, mantan Rais Aam PBNU ini digandeng Presiden Jokowi untuk maju sebagai Calon Wakil Presiden. Setelah melalui berbagai proses panjang, Kiai Ma’ruf kemudian terpilih sebagai Wakil Presiden Indonesia 2019-2024.

8. KH Miftachul Akhyar (2020-2022)

Setelah Kiai Ma’ruf Amin menjadi Wakil Presiden, Ketua Umum MUI selanjutnya kemudian dijabat oleh KH Miftachul Akhyar. Ia dikukuhkan sebagai Ketua Umum MUI periode 2020-2025.

Ia adalah seorang ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang lahir pada 30 Juni 1953. Namun, masa kepemimpinannya di MUI tidak sampai selesai karena terpilih sebagai Rais Aam PBNU dalam Muktamar NU yang digelar di Lampung pada Kamis malam, 23 Desember 2021.

Sejak saat itu, akhirnya Kiai Miftach memilih untuk fokus mengabdi kepada NU sebagai Rais Aam PBNU. Karena itu, dia pun mengundurkan sebagai Ketua Umum MUI pada 2022 lalu.

Selain sibuk dalam organisasi NU, Kiai Miftach sampai sekarang juga menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya, sebuah paku bumi bagi kota Surabaya, ibukota Jawa Timur.

9. KH Anwar Iskandar (2023-sekarang)

Sejak Kiai Miftachul Akhyar mengundurkan diri, jabatan Ketua Umum MUI mengalami kekosongan selama setahun lebih. Hingga akhirnya, pada Selasa (15/8/2023) hari ini, MUI menetapkan KH Anwar Iskandar sebagai Ketua Umum MUI yang baru.

Ketetapan ini merupakan hasil dari Rapat Pleno MUI yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (15/8/2023). Kendati demikian, hasil Rapat Pleno ini masih harus dilaporkan dalam Rapat Paripurna antara Dewan Pimpinan MUI dengan Dewan Pertimbangan MUI untuk mendapatkan pengesahan.

KH Anwar Iskandar adalah salah seorang tokoh ulama NU yang kini menjabat sebagai Wakil Rais Aam PBNU. Nama lengkapnya adalah KH Muhammad Anwar Iskandar. Ia lahir 24 April 1950 di Berasan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia.

Kiai Anwar Iskandar selalu berusaha untuk dapat mengaplikasikan ilmunya melalui dakwah, sehingga dia pun masuk organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Ia memulau karirnya lewat IPNU, PMII, dan Gerakan Pemuda Ansor (ketua GP Ansor).

Pada 1997, dia pun diangkat menjadi wakil ketua Rais Syuriyah NU wilayah Jawa Timur, dan sekarang ia menjabat sebagai Wakil Rais Aam PBNU. Dalam perjalanan karirnya, ia juga pernah terlibat dalam aktivitas politik.

 Pada 1998, ia pernah diangkat sebagai ketua Dewan Syuro PKB wilayah Jawa Timur dan juga menjabat sebagai anggota MPR dari utusan daerah Jawa Timur. Tidak hanya itu, pada 2008 ia bahkan prnah menjadi ketua Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Nasional Ulama (DPP PKNU).

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler