Menekan Kemiskinan Hingga Berdaya dan Mandiri
Kita mencoba membangun sinergi dengan amal usaha Muhammadiyah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu strategi untuk menekan angka kemiskinan adalah melakukan pemberdayaan agar masyarakat memiliki kesempatan untuk memperbaiki pendapatannya atau meningkatkan posisi tawarnya. Cara seperti ini juga dilakukan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dalam menjalankan program yang berkaitan dengan pemberdayaan dan kemandirian masyarakat.
"Memang untuk mencapai tahapan kemandirian itu butuh proses panjang sehingga pemberdayaan yang kami lakukan mulai dari hulu sampai hilir," kata Ketua MPM PP Muhammadiyah, Nurul Yamin kepada Republika, Sabtu (12/8/2023).
Yamin menjelaskan, MPM PP Muhammadiyah telah melaksanakan sejumlah program dan pendampingan terkait pemberdayaan masyarakat baik di bidang ekonomi maupun sosial. Beberapa kelompok masyarakat yang menjadi target pendampingan seperti petani, peternak madu, pedagang asongan hingga kaum disabilitas.
Untuk memudahkan pendampingan MPM membuat tiga klaster. Pertama, klaster super mikro. Artinya produksi hari ini, terjual hari ini untuk kehidupan hari ini. Dalam kelompok ini ada pedagang asongan. MPM melakukan pendampingan agar produk-produknya sehat dan ramah lingkungan.
Klaster kedua, yaitu level nasional dengan skala ekonomi kecil. Misalnya seperti koperasi produksi yang dikelola petani. Kemudian yang ketiga berorientasi ekspor, sebagai contoh tepung Mocaf yang diproduksi rumah Mocaf di Banjarnegara. Yamin mengungkapkan, pendampingan kepada petani, peternak, pedagang asongan hingga kaum disabilitas diberikan agar mereka memiliki posisi tawar yang kuat dalam perniagaan.
Bukan menjadi suatu rahasia bahwa nasib petani kita masih memprihatinkan. Mereka lanjut Yamin dihadapkan pada situasi pelik yaitu saat panen harga jatuh dan ketika musim tanam tiba pupuk dan bibit tak terbeli karena mahal. Lalu apa solusinya?
Pertama mengajak petani menciptakan pertanian yang ramah lingkungan dan sehat dengan menggunakan pupuk dari sisa buah dan mulai meninggalkan pupuk kimia. Kedua menjaga kualitas produksi menjadi lebih baik agar harga terjaga baik. Strategi berikutnya memperkuat melalui kelembagaan yaitu melalui Jamaah Tani Muhammadiyah.
"Kita menginisiasi keorganisasian petani, namanya Jamaah Tani Muhammadiyah. Sekarang sudah berdiri di seluruh Indonesia dan menjadi wadah bagi kemandirian petani," terangnya.
Membangun sinergi
Disamping kelembagaan petani, MPM juga membentuk koperasi petani yang akan mengelola hasil-hasil dari para petani. "Kita mencoba membangun sinergi dengan amal usaha Muhammadiyah untuk memasarkan produk petani. Dengan hulu hilirnya terjamin maka stabilitas harganya akan relatif terjaga," ujarnya.
Selain petani, penyandang disabilitas juga menjadi sasaran pendampingan tetapi dengan menempatkan mereka sebagai subjek. Dengan cara tersebut akan memudahkan mereka untuk berdaya dan mandiri. Pada tataran ekonomi, MPM telah memiliki kelompok dampingan yang sudah sampai pada tahapan punya lembaga ekonomi, koperasi, sampai bank difabel yang anggotanya para penyandang disabilitas.
Kemudian dalam aspek keagamaan, MPM juga kerap membantu agar para penyandang disabilitas dapat melakukan aktivitas dengan baik. Seperti penyandang tunanetra dibantu dengan alquran braile. Penyandang tunarungu juga dibantu oleh fasilitator khusus untuk mendampingi tunarungu termasuk dalam aspek berkesenian. Diakui Yamin arah dari tujuan pemberdayaan bagi kaum disabilitas ini adalah kemandirian baik secara personal maupun secara komunitas.
"Alhamdulillah untuk masalah modal para penyandang difabel tidak bingung lagi karena ada Bank Difabel. Selama ini akses perbankan bagi kaum difabel masih sangat minim, semoga dengan adanya Bank Difabel akan sangat membantu mereka,’’ ungkap Yamin. ed: yusuf assidiq