Cegah Karhutla, Masyarakat Lampung Diimbau tidak Bakar Sampah
Asap pembakaran sampah bisa menyebabkan infeksi saluran pernapasan dan polusi.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Lampung mengimbau masyarakat tidak membakar sampah guna mencegah kebakaran lahan dan hutan (karhutla).
“Menghadapi fenomena El Nino yang menjadi penyebab musim kemarau ini, beberapa langkah antisipasi telah dilakukan. Beberapa waktu lalu juga dibentuk tim untuk mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan,” kata Kepala DLH Provinsi Lampung Emilia Kusumawati, Sabtu (19/8/2023).
Ia pun mengimbau masyarakat menjaga lingkungan yang kondusif, salah satunya dengan tidak membakar sampah. “Sudah ada imbauan dari pemerintah pusat dan berbagai instansi agar tidak ada lagi kegiatan pembakaran sampah atau pembakaran lahan, terutama di musim kemarau untuk mencegah terjadinya kebakaran," katanya.
Menurutnya, selain menimbulkan peristiwa kebakaran yang berisiko menimbulkan kerugian finansial, pembakaran sampah atau lahan juga dapat berdampak negatif terhadap lingkungan.
“Walaupun alasannya hanya sedikit (membakar sampah atau lahan), tapi jika dilakukan di banyak tempat, karbondioksida bisa menumpuk dan meningkat. Dan karbondioksida itu salah satu pemicu meningkatnya efek gas rumah kaca. Jadi untuk menghindari perubahan iklim, salah satunya kita harus mengurangi pembakaran sampah dan lahan,” katanya.
Ia menjelaskan pembakaran sampah juga dapat berdampak negatif bagi kesehatan, seperti menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akibat polusi udara.
“Akan lebih baik memilah sampah dan mengelolanya dengan baik, agar tidak menimbulkan dampak negatif, selain membersihkan lahan, juga lebih baik tidak membakarnya, karena musim kemarau ini berisiko menyebabkan kebakaran,” katanya.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) menguat membuat musim kemarau tahun ini semakin kering dan curah hujan masuk kategori rendah hingga sedang.
Puncak kekeringan diprediksi terjadi pada Agustus hingga awal September dengan kondisi yang jauh lebih kering dari tahun sebelumnya.Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif menguat sehingga membuat musim kemarau tahun ini menjadi lebih kering dan curah hujan dalam kategori rendah hingga sedang.