18 Bulan Berperang, Ini Kerugian Rusia dan Ukraina

Sejak terjadi invasi Rusia pada 2022, jutaan warga Ukraina terpaksa mengungsi.

EPA-EFE/SERGEY SHESTAK
Tentara Ukraina menembakkan senjata antipesawat ke posisi dekat Bakhmut, Ukraina timur, Sabtu (4/2/2023).
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 menyebabkan kehilangan dari kedua belah pihak. Selama 18 bulan perang, puluhan ribu orang kehilangan nyawa, jutaan lainnya harus mengungsi, dan kerugian ekonomi muncul termasuk berdampak internasional. 

Baca Juga


Korban jiwa

Perang ini menyebabkan kematian dengan jumlah melebihi yang pernah dilihat di Eropa sejak Perang Dunia II. United Nations High Commissioner for Human Rights (OHCHR) mengungkapkan, lebih dari  9.000 warga sipil tewas dan 16 ribu terluka hingga akhir Juli 2023.

Namun diyakini jumlahnya, baik yang meninggal maupun terluka lebih besar. New York Times melaporkan pula, hampir 500 ribu personel pasukan tewas maupun terluka. Surat kabar ini mengutip data Pemerintah AS yang selama ini berpihak pada Ukraina. 

Tercatat, setidaknya 120 ribu anggota pasukan Rusia kehilangan nyawa dan 170 ribu hingga 180 ribu lainnya terluka. Sedangkan personel militer Ukraian yang tewas mencapai 70 ribu orang dan 100 ribu hingga 120 ribu orang terluka. 

Para pejabat Rusia menyatakan hitungan AS terlalu tinggi dan merupakan bagian dari propaganda. Menhan Rusia Sergei Shoigu pada September 2021 menyatakan, 5.937 tentara Rusia tewas sejak bermulanya perang melawan Ukraina. Tak ada pembaruan data lagi. 

Di sisi lain, Ukraina tak mengungkapkan berapa tentaranya yang tewas dan menyatakan kerugian militer yang mereka derita merupakan rahasia negara karena nantinya berdampak pada taktik di medan pertempuran. 

Pengungsi 

Sejak terjadi invasi Rusia pada 2022, jutaan warga Ukraina terpaksa harus meninggalkan rumah mereka. Ukraina berpenduduk lebih dari 41 juta jiwa. ‘’Sekitar 17,6 juta warga Ukraina membutuhkan bantuan kemanusiaan termasuk lebih 5 juta yang menungsi,’’ ujar UHNCR. 

Data UNHCR juga menyebutkan, lebih dari 5,9 juta pengungsi dari Ukraina tercatat di seantero Eropa. 

Ekonomi Ukraina 

Rusia telah mengambil alih 11 persen wilayah Ukraina sejak terjadinya perang. Ini sama luasnya dengan gabungan wilayah di AS yaitu Massachusetts, New Hampshire, Connecticut, demikian perkiraan yang disampaikan Belfer Center, Harvard Kennedy School.

Jika ditambah Krimea yang dicaplok pada 2014, maka Rusia saat ini mengendalikan sekitar 17,5 persen Ukraina. Area yang luasnya sekitar 106 ribu km persegi. Ukraina kehilangan garis pantai, ekonominya memburuk dan sejumlah kota terbengkalai akibat perang.

Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, ekonomi Ukraina mengalami kontraksi 30 persen pada 2022 dan diperkirakan tumbuh satu hingga tiga persen tahun ini. Tak jelas berapa dana yang telah dihabiskan dalam perang ini. 

Anggaran yang dikeluarkan Rusia....

Ekonomi Rusia 

Anggaran yang dikeluarkan Rusia untuk perang ini jadi rahasia negara. Namun yang jelas, sanksi Barat atas Rusia menyusul invasi ke Ukraina menyebabkan ekonomi negara ini limbung. Pada 2022, ekonomi membaik berbalik dari perkiraan adanya kontraksi double-digit. 

Namun, kembali ke kondisi ekonomi normal tampaknya masih jauh karena pemerintah menganggarkan lebih banyak untuk kepentingan militer. IMF menyatakan, tahun ini ekonomi Rusia tumbuh 1,5 persen setelah mengalami kontraksi 2,1 persen tahun lalu. 

‘’Dalam jangka menengah, ekonomi Rusia terhambat oleh hengkangnya perusahaan multinasional, kehilangan modal SDM, terputus dari pasar keuangan global,’’ kata juru bicara IMF Julie Kozack.

Dokumen Pemerintah Rusia yang dikaji Reuters menyebutkan, Rusia menggandakan belanja pertahanan pada 2023 ini. Targetnya lebih dari 100 miliar dolar AS, setara sepertiga dari belanja publik. Sementara, pendapatan dari sektor energi terhambat akibat embargo. 

Rusia kehilangan banyak dari pasar gas Eropa dan AS tetapi mereka masih bisa menjualnya di pasar global. Direktur CIA pada awal tahun ini mengatakan, Presiden Vladimir Putin membuat Rusia berisiko menjadi koloni ekonomi Cina. 

Harga 

Invasi Rusia dan sanksi negara Barat atas negara ini telah memicu kenaikan harga pupuk, gandum, metal dan energi, serta menyebabkan serangkaian krisis pangan. Rusia merupakan pengekspor minyak terbesar kedua dunia setelah Arab Saudi. 

Rusia juga merupakan pengekspor terbesar gas alam, gandum, pupuk nitrogen, dan paladium.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler