Megawati Rindukan Indonesia Punya Pemimpin Berkaliber Dunia
Salah satu pemimpin berkaliber dunia adalah Soekarno.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Presiden ke-5 Republik Indonesia sekaligus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Soekarnoputri, menginginkan Indonesia melahirkan kembali pemimpin berkaliber dunia. Megawati membanggakan ayahnya, Sukarno, yang merupakan salah satu pemimpin kaliber dunia.
"Menurut saya, pemimpin-pemimpin dahulu yang saya kenal itu kalibernya adalah kaliber dunia. Nah, pertanyaannya gimana sih menjadikan kita ini punya pemimpin-pemimpin itu yang kaliber dunia itu," kata Megawati dalam acara bersama para budayawan dan seniman di Sleman, DIY, Rabu.
Menurut dia, dahulu banyak pemimpin yang muncul dengan kaliber dunia, di antaranya presiden kedua Mesir Gamal Abdul Nasir, perdana menteri pertama India Jawaharlal Nehru, hingga Perdana Menteri (PM) Uni Soviet 1958—1964 Nikita Khrushchev.
Saat Megawati mencoba mengingat nama pemimpin berkaliber dunia lainnya, kemudian salah satu peserta menyebut nama presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno. "La iyalah, bapak saya sudah pasti," ujar Megawati disambut tawa hadirin.
Megawati menilai saat ini di Indonesia belum muncul kembali pemimpin-pemimpin berkaliber dunia semacam itu.
"Nanti gitu, Ibu Mega (disebut) banding-bandingikan. Lo iya dibandingkan dong, boleh dong, supaya maksudnya harus ada kita punya yang benar-benar kelihatan auranya," kata dia.
Menurut Megawati, para pemimpin besar dunia masa lalu muncul lantaran lahir dan batin mereka terasah di tengah kondisi negara yang belum merdeka. "Mereka adalah produk ketika banyak negaranya itu belum merdeka. Jadi, pengasahan lahir batinnya kelihatannya sangat berjalan aktif," ujar dia.
Pada kesempatan itu Megawati menyayangkan generasi muda masa kini cenderung lebih banyak yang memilih berada dalam zona nyaman serta enggan belajar dari sejarah masa lalu karena merasa sudah merdeka.
"Banyak lo mahasiswa ketika ngomong sama saya, terus (saya katakan) kamu belajar sejarah lo, yang baik lo, (dijawab) 'Ah Bu buat apa? Itu 'kan masa lalu, kalau sudah merdeka, ya, merdeka saja'. Waduh pusing," ujar Megawati.