Dapil 'Neraka' Itu Bernama Jakarta II
Banyak caleg di dapil ini merupakan petahana anggota DPR RI.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daerah Pemilihan (Dapil) Jakarta II dijuluki sebagai dapil 'neraka' dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) DPR 2024. Sebab, banyak tokoh terkenal hingga berpengaruh maju di dapil tersebut. Sehingga persaingan memperebutkan kursi anggota dewan akan menjadi sengit.
Dapil Jakarta II meliputi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat ditambah luar negeri. Di dapil ini tersedia tujuh kursi anggota DPR yang akan diperebutkan oleh 125 bakal calon anggota legislatif (caleg) yang diusung 18 partai politik.
Berdasarkan dokumen Daftar Calon Sementara (DCS) Anggota DPR RI Pemilu 2024 yang dipublikasikan KPU, tercatat sedikitnya ada 18 nama mentereng yang maju di Dapil Jakarta II. Mereka adalah sebagai berikut:
1. Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah. Ida diusung oleh PKB dan mendapatkan nomor urut 1 di antara bakal caleg PKB lainnya di dapil tersebut.
2. Anggota DPR petahana Himmatul Aliyah. Dia merupakan istri dari Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani. Himmatul diusung Partai Gerindra dan mendapatkan nomor urut 1.
3. Komika Harabdu alias Bedu. Dia nyaleg lewat Partai Gerindra dan mendapatkan nomor urut 3.
4. Anggota DPR petahana Eriko Sotarduga. Dia kembali diusung PDIP di Dapil Jakarta II dengan berbekalkan nomor urut 1. Eriko sudah tiga kali berturut-turut menang dari dapil tersebut sejak Pemilu 2009.
5. Penyanyi Elfonda Mekel alias Once. Dia diusung PDIP dan ditempatkan di nomor urut 2.
6. Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi. Prasetyo mencoba naik level dari anggota DPRD menjadi anggota DPR. Politikus PDIP itu diusung partainya dan mendapatkan nomor urut 4.
7. Anggota DPR petahana Masinton Pasaribu. Politikus PDIP itu kembali diusung partainya untuk memperebutkan kursi anggota dewan, tapi mendapatkan nomor urut terbawah, yakni 7.
8. Anggota DPR petahana Christina Aryani. Politikus Partai Golkar itu diusung kembali oleh partainya dan mendapatkan nomor urut 1.
9. Ketua DPP Partai Nasdem Effendi Choiri alias Gus Choi. Dia dicalonkan oleh partainya dan diberikan nomor urut 1.
10. Anggota DPR petahana sejak 2004 yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid. Wakil Ketua Majelis Syura PKS itu dicalonkan lagi oleh partainya dan mendapatkan nomor urut 1. Hidayat sudah berulang kali menang di Dapil Jakarta II.
11. Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Adhyaksa Dault. Menteri era Presiden SBY itu maju sebagai bakal caleg PAN dan mendapatkan nomor urut 1.
12. Dokter sekaligus aktris Lulu Kamal. Dia jadi caleg PAN dengan nomor urut 5.
13. Artis Uya Kuya. Dia juga maju lewat PAN dan mendapatkan nomor urut terbawah, 7.
14. Anggota DPR petahana, Maelani Leimena Suharli. Politikus Partai Demokrat itu dicalonkan lagi oleh partainya dan mendapatkan nomor urut 1.
15. Mantan dosen Universitas Indonesia (UI) yang kini aktif sebagai pegiat media sosial, Ade Armando. Menjadi anggota Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada April 2023, Ade kini sudah dicalonkan di dapil neraka dan diberi nomor urut 1.
16. Pebisnis Liliana Tanoesoedibjo. Dia merupakan istri dari Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo. Dia diusung partai milik suaminya itu dan mendapatkan nomor urut 1.
17. Direktur Pemberitaan MNC Group, Prabu Revolusi. Jurnalis senior itu diusung Partai Perindo dan mendapatkan nomor urut 2.
18. Ketua DPP Partai Ummat, Mustofa. Dia dicalonkan oleh partai besutan Amien Rais itu dengan dibekali nomor urut 2.
Berbekal nomor urut kecil...
Dari 18 nama itu, rata-rata maju dengan berbekal nomor kecil, terutama nomor urut 1. Nomor urut kecil akan memperbesar peluang kemenangan mereka.
Dosen hukum pemilu Universitas Indonesia, Titi Anggraini mengatakan, dalam pemilihan legislatif dengan sistem proporsional terbuka, pada dasarnya setiap caleg punya kesempatan yang sama untuk terpilih dan memenangi kursi yang didapat oleh partainya di suatu dapil. Kendati begitu, nomor urut tetap menjadi faktor penentu kemenangan.
"Berdasarkan hasil kajian Perludem atas hasil pileg Pemilu 2019, sebanyak 63 persen caleg yang terpilih dan duduk di DPR adalah caleg pada nomor urut 1," kata Titi yang merupakan pembina pada Perkumpulan untuk Demokrasi dan Pemilu (Perludem) itu, kepada Republika pada Juni 2023 lalu.
Menurut Titi, fenomena caleg nomor urut kecil banyak yang menang itu terjadi karena tiga hal. Pertama, pemilih kebingungan menentukan pilihan karena ada banyak sekali jumlah caleg. Dalam Pemilu 2024 di Dapil Jateng IV, misalnya, total terdapat 114 bakal caleg DPR RI yang diusung 18 partai politik.
Pemilih semakin bingung menentukan pilihan karena Pemilu 2019 digelar serentak. Pemilih dihadapkan pada lima jenis surat suara sekaligus, mulai dari surat suara pilpres, pileg DPR RI, pemilihan anggota DPD, pileg DPRD provinsi, dan pileg DPRD kabupaten/kota.
"Jumlah caleg yang sangat banyak dan disertai kuserentakkan pileg dan pilpres akhirnya membuat pemilih berpikir untuk mencoblos caleg pada nomor urut atas karena diasumsikan mereka adalah pilihan prioritas atau yang dianggap terbaik seperti dalam sistem perangkingan," kata Titi.
Penyebab kedua, nomor urut atas menarik perhatian pemilih. Setelah pemilih menentukannya pilihan partai politiknya, biasanya pemilih akan langsung tertuju pada caleg nomor urut 1.
Ketiga, partai politik kerap memproyeksikan caleg nomor urut 1 sebagai pengepul suara karena punya basis massa maupun punya banyak modal. Alhasil, caleg nomor urut 1 itu akan bekerja keras berkampanye meraih suara pemilih supaya partainya meraih kursi dan dirinya menjadi pemenang.