Jepang Mulai Buang Air Limbah Radioaktif PLTN Fukushima ke Laut
IAEA telah menyetujui rencana pembuangan tersebut pada 4 Juli 2023 lalu.
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Jepang telah memulai proses pembuangan air limbah radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudra Pasifik, Kamis (24/8/2023). Meski telah diizinkan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), keputusan pembuangan itu telah memantik penentangan, terutama dari Cina.
Dalam video langsung dari ruang kendali di PLTN Fukushima, Tokyo Electric Power Company (TEPCO) menunjukkan seorang anggota staf mengaktifkan pompa pembuangan ke laut. “Pompa Air Laut A diaktifkan,” kata operator utama.
TEPCO kemudian mengonfirmasi bahwa pompa air laut telah diaktifkan pada pukul 13.03 waktu setempat. TEPCO mengatakan, pompa pelepasan air limbah radioaktif tambahan diaktifkan 20 menit setelah pompa pertama beroperasi. Mereka mengungkapkan bahwa sejauh ini semua proses berjalan lancar.
Pompa yang telah diaktifkan mengirimkan kumpulan pertama air yang telah diencerkan dan diolah dari kolam pencampuran ke kolam sekunder 10 menit kemudian. Aliran air bergerak melalui terowongan bawah laut yang terhubung dan keluar sejauh satu kilometer dari pantai. Para pejabat mengatakan, air bergerak dengan kecepatan berjalan kaki dan akan memakan waktu sekitar 30 menit untuk keluar dari terowongan.
Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi mengatakan, tim dari lembaganya diterjunkan langsung ke lapangan untuk memantau proses pembuangan. “Para ahli IAEA berada di lapangan untuk menjadi mata komunitas internasional dan memastikan bahwa pelepasan dilakukan sesuai rencana sesuai dengan standar keselamatan IAEA,” ujarnya.
IAEA mengungkapkan, mereka akan meluncurkan halaman web untuk menyediakan data langsung mengenai pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima. IAEA menegaskan, tim pakarnya akan hadir di lokasi selama proses pembuangan berlangsung.
Direktur Pusat Penelitian Radiasi, Pendidikan, dan Inovasi di Universitas Adelaide Tony Hooker mengatakan, air limbah radioaktif PLTN Fukushima yang dilepaskan ke laut aman. “Ini jelas jauh di bawah pedoman air minum Organisasi Kesehatan Dunia. Ini aman,” ujarnya.
Dia pun mengomentari tentang risiko radiasi yang bergulir selama Jepang merencanakan pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima. “Pembuangan radiasi ke laut adalah isu yang sangat politis. Saya memahami kekhawatiran masyarakat dan itu karena kami sebagai ilmuwan belum menjelaskannya dengan baik, dan kami perlu melakukan lebih banyak pendidikan,” katanya.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan, pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima sangat diperlukan dan tidak dapat ditunda. Dia mencatat bahwa percobaan penghilangan sejumlah kecil puing-puing yang meleleh dari reaktor No.2 direncanakan akan dilakukan akhir tahun ini dengan menggunakan lengan robot raksasa yang dikendalikan dari jarak jauh.
Penentangan Cina
Pemerintah Cina telah berulang kali mengkritik dan memprotes rencana Jepang membuang air limbah radioaktif PLTN Fukushima ke laut. Beijing menilai, langkah Jepang tersebut egois dan tak bertanggung jawab.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina Wang Wenbin mengatakan, dengan ditetapkannya waktu untuk membuang air limbah PLTN Fukushima pada Kamis, Jepang telah mengabaikan kekhawatiran dan penentangan kuat dari komunitas internasional.
“Ini sangat egois dan tidak bertanggung jawab karena pembuangan akan menyebarkan risiko kontaminasi nuklir ke seluruh dunia,” ujarnya dalam pengarahan pers, Selasa (22/8/2023), dikutip laman resmi Kemenlu Cina.
Dia menegaskan Cina sangat prihatin dan menentang keputusan Jepang membuang air limbah radioaktif PLTN Fukushima ke laut. "Laut menopang kehidupan umat manusia. Ini bukan selokan untuk air yang terkontaminasi nuklir Jepang,” ucapnya.
Wang menjelaskan, selama lebih dari dua tahun terakhir, legitimasi, legalitas, dan keamanan rencana pembuangan air limbah PLTN Fukushima telah berulang kali dipertanyakan. Menurutnya, Jepang belum menangani masalah internasional utama seperti keandalan fasilitas pemurnian jangka panjang, keaslian, dan keakuratan data air yang terkontaminasi nuklir, serta efektivitas pengaturan pemantauan.
“Cina dan pemangku kepentingan lainnya telah berkali-kali menunjukkan bahwa jika air yang terkontaminasi nuklir Fukushima benar-benar aman, Jepang tidak perlu membuangnya ke laut, dan tentu saja tidak boleh jika tidak (aman),” kata Wang.
“Cina sangat mendesak Jepang untuk menghentikan kesalahannya, membatalkan rencana pembuangan (air limbah PLTN Fukushima ke) laut, berkomunikasi dengan negara tetangga dengan tulus dan niat baik, membuang air yang terkontaminasi nuklir secara bertanggung jawab, dan menerima pengawasan internasional yang ketat,” tambah Wang.
Disetujui IAEA
IAEA telah menyetujui rencana pembuangan tersebut pada 4 Juli 2023 lalu. IAEA mengatakan, air limbah PLTN Fukushima telah memenuhi standar keselamatan internasional dan memiliki dampak radiologis yang dapat diabaikan bagi manusia serta lingkungan.
Keputusan IAEA segera mengundang reaksi dari negara tetangga Jepang, yakni Korea Selatan dan Cina. Kedua negara tersebut memiliki kekhawatiran tersendiri atas air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima. Saat ini Beijing dan Seoul masih memberlakukan larangan impor makanan laut dari Fukushima.
Sebanyak tiga reaktor di PLTN Fukushima hancur saat Jepang dilanda gempa dan tsunami pada 2011. Pelepasan sejumlah besar radiasi tak terhindarkan akibat kejadian tersebut. Dibutuhkan lebih dari 1 juta ton air untuk mendinginkan reaktor-reaktor yang meleleh. Air yang telah digunakan dalam proses pendinginan memiliki kandungan radioaktif yang kuat. Kini sekitar 1,37 juta ton air telah terkumpul di tangka-tangki PLTN Fukushima. Pembuangan air adalah langkah tak terhindarkan dalam proses penonaktifan pembangkit nuklir tersebut.
Pada Mei 2022, Badan Pengawas Nuklir Jepang (BPNJ) menyetujui rencana operator PLTN Fukushima untuk melepaskan air limbah radioaktif ke laut pada 2023. BPNJ menyebut, air limbah telah diolah dengan metode yang aman dan berisiko minimal bagi lingkungan.
Pemerintah Jepang dan TEPCO sempat menyampaikan bahwa lebih dari 60 isotop, kecuali tritium, yang kadarnya harus ditanggulangi, telah diturunkan sehingga memenuhi standar keamanan. Menurut mereka, tritium juga tergolong aman jika tercampur air laut.