Hati-hati, Intensitas Kegempaan Merapi Lebih Tinggi dari Pekan Lalu

BPPTKG menyimpulkan aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi.

Antara Foto/Hendra Nurdiyansyah
BPPTKG menyebut bahwa intensitas kegempaan Gunung Merapi masih tinggi. Bahkan, dari pengamatan yang dilakukan, intensitas kegempaan Merapi dalam sepekan terakhir lebih tinggi dari pekan sebelumnya.
Rep: Silvy Dian Setiawan Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut bahwa intensitas kegempaan Gunung Merapi masih tinggi. Bahkan, dari pengamatan yang dilakukan, intensitas kegempaan Merapi dalam sepekan terakhir lebih tinggi dari pekan sebelumnya.

Baca Juga


Berdasarkan pengamatan dari 18-24 Agustus 2023, BPPTKG mencatat 139 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB). Gempa Fase Banyak (MP) tercatat 780 kali, dan gempa Frekuensi Rendah (LF) tercatat 10 kali, gempa Guguran (RF) tercatat sebanyak 969 kali, dan gempa Tektonik (TT) sebanyak 13 kali. "Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibanding minggu lalu," kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Jumat (25/8/2023).

Tidak hanya itu, BPPTKG juga mencatat lebih dari 100 kali guguran lava dalam sepekan terakhir. Setidaknya, guguran lava tercatat sebanyak 144 kali ke arah selatan dan barat daya. "(Guguran lava) Meliputi enam  kali ke hulu Kali Boyong sejauh 1.500 meter dan 138 kali ke hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 1.800 meter," ucap Agus.

Selain itu, pihaknya juga mendengar suara guguran lava sebanyak 27 kali dari Pos Pengamatan Merapi Babadan. Suara guguran lava ini terdengar dengan intensitas kecil hingga sedang.

Dari hasil pemantauan tersebut, BPPTKG menyimpulkan aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi yakni berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas Merapi juga masih ditetapkan dalam tingkat siaga atau level 3.

Untuk itu, potensi bahaya Merapi saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya. Potensi bahaya ini meliputi Kali Boyong sejauh maksimal lima kilometer.

Potensi bahaya ini juga meliputi Kali Bedog, Kali Krasak, dan Kali Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Sementara, potensi bahaya ini juga pada sektor tenggara yang meliputi Kali Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Kali Gendol sejauh lima kilometer. "Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak," ungkap Agus.

Agus juga menjelaskan terkait dengan deformasi Merapi, yang mana dalam sepekan terakhir menunjukkan pemendekan jarak tunjam sara-sara sebesar dua sentimeter per hari. "Deformasi ini meningkat dari minggu sebelumnya," tambah Agus.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler