Hii, Pasien Keluhkan Nyeri dan Depresi, Ternyata Ada Cacing Hidup dalam Otak
Tim dokter terkejut karena menemukan adanya cacing hidup di dalam otak sang pasien.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Seorang pasien wanita datang ke rumah sakit dengan keluhan pikun dan depresi. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, tim dokter terkejut karena menemukan adanya cacing hidup di dalam otak sang pasien.
Pasien berusia 64 tahun asal New South Wales, Australia, tersebut pertama kali dirawat di rumah sakit setempat pada penghujung Januari 2021. Kala itu, sang pasien mengeluhkan rasa nyeri di perut dan diare. Keluhan tersebut lalu diikuti dengan gejala batuk kering serta keringat pada malam hari.
Pada 2022, sang pasien kembali dirawat di rumah sakit. Kali ini, pasien tersebut dirujuk ke Canberra Hospital karena mengalami keluhan tambahan. Keluhan tersebut adalah pikun dan depresi.
Tim dokter lalu melakukan pemindaian MRI pada otak pasien dan menemukan abnormalitas. Tim dokter menilai perlu adanya operasi untuk mengatasi abnormalitas tersebut.
Selama operasi berlangsung, dokter spesialis saraf Dr Hari Priya Bandi sangat terkejut karena menemukan adanya cacing di dalam otak sang pasien. Cacing tersebut dalam kondisi hidup dan memiliki panjang 8 cm. Tanpa ragu, Dr Bandi lalu menarik keluar cacing tersebut dari otak sang pasien.
"Ya Tuhan, Anda tak akan percaya apa yang saya temukan dalam otak wanita ini, hidup dan menggeliat," cerita Dr Bandi kepada rekannya, seperti dilansir Metro pada Selasa (29/8/2023).
Tim dokter lalu mengirim cacing dari otak pasien ke laboratorium agar bisa mengidentifikasi jenis cacing tersebut dan memberikan terapi lanjutan yang tepat untuk pasien. Ilmuwan yang berpengalaman dengan parasit mengidentifikasi cacing tersebut sebagai Ophidascaris robertsi.
Ophidascaris robertsi merupakan jenis cacing gelang. Cacing ini biasanya ditemukan pada ular piton. Kasus dari Canberra Hospital ini merupakan kasus pertama ditemukannya Ophidascaris robertsi dalam otak manusia.
Menurut informasi, sang pasien tinggal dekat dengan area danau yang dihuni oleh ular piton karpet. Sang pasien diketahui tidak pernah berkontak langsung dengan ular.
Akan tetapi, pasien tersebut kerap mengumpulkan rumput-rumput yang bisa dimakan dari sekitar danau. Tim dokter meyakini bahwa sang pasien terpapar cacing Ophidascaris robertsi setelah seekor ular berhasil mengeluarkan parasit tersebut melalui feses ke rerumputan di sekitar danau. Pasien lalu terjangkit oleh parasit setelah menyentuh atau menyantap rumput tersebut.
Setelah operasi berjalan lancar, tim dokter memberikan terapi tambahan untuk menyingkirkan larva dari tubuh pasien. Terapi ini diberikan untuk berjaga-jaga bila ada larva atau cacing yang menjangkiti organ lain di dalam tubuh sang pasien, seperti hati.
Saat ini, proses pemulihan pasien berjalan dengan baik. Akan tetapi, tim dokter masih melakukan pemantauan terhadap sang pasien.
Saat ini, hewan dan manusia hidup berdampingan dengan sangat dekat. Kasus ini bisa menjadi pengingat bahwa ada risiko penyakit dan infeksi yang berbahaya dari hewan kepada manusia. Oleh karena itu, orang-orang sangat dianjurkan untuk menjaga kebersihan dengan baik setelah berkontak dengan hewan, termasuk hewan peliharaan, seperti dilansir Dogs For Good.