Hackers Indonesia Diberitakan Jual Data Pribadi Member BTS di Telegram
Para hackers mengunggah postingan penjualan nomor telepon anggota BTS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring pertumbuhan industri musik K-pop secara global, kejahatan terhadap selebritas K-Pop juga meningkat. Media Korea, Koreaboo, memberitakan sekelompok hackers asal Indonesia dilaporkan menjual informasi pribadi para member BTS di saluran Telegram yang disebut OP BTS.
Dilansir Koreaboo, Selasa (29/8/2023), OP merupakan singkatan dari operasi. Melalui saluran tersebut, para hackers mengunggah postingan penjualan nomor telepon anggota BTS. Lalu para hackers akan meminta siapapun yang berminat untuk menghubunginya dan mentransfer sejumlah uang. Target mereka adalah para penggemar yang ingin mendapatkan informasi tentang selebriti favorit mereka.
Seorang pejabat dari Badan Keamanan dan Internet Korea, mengatakan bahwa tampaknya ini adalah kejahatan ransomware, di mana para hackers membobol entitas dan mengenkripsi data, lalu menuntut uang tebusan.
"Kami hanya akan mengetahui fakta-fakta yang sebenarnya setelah korban meminta penyelidikan polisi,” demikian pernyataan dari pejabat tersebut seperti dikutip Nate, Selasa.
Selain serangan terhadap BTS, kelompok ini sebelumnya telah memperingatkan adanya peretasan yang melibatkan Korea Selatan dengan nama operasional seperti "OP KOREA". Mereka juga mengeklaim telah meluncurkan serangan DDoS (distributed denial of service) yang didistribusikan ke sebuah situs perbankan korporat.
DDoS adalah serangan cyber yang dilakukan dengan cara mengirimkan fake traffic pada suatu server atau sistem secara terus menerus, sehingga server tidak mampu mengatur semua traffic dan menyebabkan server atau sistem tersebut down. Metode ini digunakan para hacker untuk kejahatan dan menuntut uang tebusan dari perusahaan.
Disebutkan bahwa sekarang kelompok hackers asal Indonesia itu tampaknya telah menarik perhatian dengan mencuri data pribadi dari idola K-pop yang terkenal di dunia. Kelompok ini mengeklaim bahwa mereka akan terus memperluas serangan peretasan mereka terhadap Korea Selatan.
Selain kelompok hackers asal Indonesia, para peretas dari Cina juga semakin menargetkan Korea Selatan. Pada awal tahun ini, sekelompok hackers Cina meretas puluhan perusahaan dan organisasi Korea Selatan, mencuri informasi pelanggan untuk setidaknya ribuan situs.
Pada Maret, kelompok peretas Indonesia lainnya mengubah tampilan situs web beberapa perusahaan lokal, menyebabkan ketidaknyamanan bagi para pengguna. "Terlepas dari rentetan serangan siber, kesadaran keamanan organisasi dan perusahaan tampaknya masih minim. Mereka harus lebih waspada terhadap kebocoran informasi pribadi," kata seorang pakar industri keamanan Korea Selatan.
Saat ini, berita terkait peretasan informasi member BTS belum menyebar ke ranah internasional. Pihak Hybe selaku agensi BTS juga belum memberikan tanggapan mengenai hal tersebut.