AS Ungkap Penyeludupan Imigran Uzbekistan ke Negaranya, Terkait dengan Jaringan Teroris
AS bekerja sama dengan negara lain untuk menahan anggota kunci jaringan penyelundupan
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan AS dibawah Presiden Joe Biden mengatakan pada Selasa (29/8/2023), bahwa mereka mendeteksi dan menghentikan sebuah jaringan yang mencoba menyelundupkan orang-orang imigran dari Uzbekistan ke Amerika Serikat. Dan tidak hanya itu, setidaknya satu anggota jaringan tersebut memiliki hubungan dengan kelompok teroris asing.
Para pejabat AS tidak yakin bahwa warga negara Uzbekistan yang menggunakan jaringan penyelundupan tersebut memiliki hubungan dengan teroris atau merencanakan serangan teroris, demikian pernyataan dari juru bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson.
Pernyataan tersebut tidak menyebutkan secara spesifik kelompok teroris asing tersebut, namun seorang pejabat AS mengatakan kepada The Associated Press bahwa kelompok tersebut adalah ISIS. Pejabat tersebut tidak berwenang untuk berbicara mengenai investigasi yang sedang berlangsung dan berbicara dengan syarat anonim.
AS bekerja sama dengan pemerintah di luar negeri untuk menahan anggota kunci dari jaringan penyelundupan, termasuk orang yang memiliki hubungan dengan terorisme asing, kata NSC (Dewan Keamanan Nasional AS). Pernyataan tersebut tidak merinci bagaimana orang tersebut terkait dengan kelompok teroris atau pemerintah mana yang bekerja sama dengan AS untuk menangkap para penyelundup itu.
FBI, yang telah melakukan investigasi, juga menekankan bahwa mereka belum mengidentifikasi ancaman terorisme spesifik yang terkait dengan para migran tersebut. "Setiap kali kami memiliki indikator bahwa para pelaku kriminal - seperti mereka yang terlibat dalam penyelundupan manusia - memiliki hubungan dengan terorisme," ujar FBI.
"..kami bekerja dengan tekun dengan mitra kami untuk menyelidiki dan memahami bagaimana organisasi teroris asing dapat mencoba mengeksploitasi kemampuan mereka sehingga kami dapat memitigasi risiko apa pun terhadap masyarakat Amerika," kata FBI dalam sebuah pernyataan.
AS bekerja sama dengan mitra asing untuk menutup rute perjalanan yang digunakan oleh jaringan penyelundupan dan untuk mengidentifikasi orang-orang yang menggunakannya untuk memasuki negara itu, kata NSC lebih lanjut.
"Sejak informasi ini tersedia, mereka yang ditemui di perbatasan yang sesuai dengan profil yang terkait dengan individu yang difasilitasi oleh jaringan ini ditempatkan dalam proses pemindahan yang dipercepat, diperiksa secara menyeluruh terhadap sistem keamanan nasional dan keselamatan publik, dan umumnya ditahan sambil menunggu proses pemindahan," demikian bunyi pernyataan tersebut.
CNN, yang pertama kali melaporkan deteksi jaringan penyelundupan tersebut, mengatakan bahwa lebih dari selusin orang dari negara Asia Tengah yang menggunakan jaringan tersebut diizinkan untuk masuk ke Amerika Serikat.
Para pejabat pemerintahan Biden sering mencatat peran jaringan penyelundupan dalam mendorong orang-orang dari seluruh dunia untuk masuk ke Amerika Serikat dan memfasilitasi perjalanan mereka ke perbatasan selatan. Mereka juga sering menggambarkan jaringan ini sebagai operasi yang kejam dan canggih yang memangsa para migran yang putus asa untuk mencari kehidupan baru.
Beberapa dekade yang lalu, sebagian besar migran yang mencoba menyeberangi perbatasan secara ilegal adalah orang-orang dari Meksiko yang mencoba mencari pekerjaan di Amerika. Namun dalam beberapa tahun terakhir, para petugas imigrasi semakin sering menjumpai para migran dari seluruh Belahan Bumi Selatan dan sekitarnya.
Selain orang-orang dari Uzbekistan, ada peningkatan jumlah orang dari Afghanistan, Cina dan Mauritania, untuk menyebutkan beberapa di antaranya. Berita tentang upaya penyelundupan ini muncul ketika Partai Republik menuduh pemerintah tidak melakukan cukup banyak hal untuk mengamankan perbatasan dan membahayakan keamanan nasional.